Diluar jendela masih gelap, ketika petugas kereta api yang saya tumpangi dari kota Hue berteriak-teriak …..Hanoi…..Hanoi…….dan kereta mulai melambat kemudian berhenti. Sebenarnya sudah jam 05.00 namun garis lintang Ha Noi yang berselisih 1700 Km dari Ho Chi Minh membuat iklim di Vietnam menjadi berbeda-beda antara kota yang satu dengan yang lain.
Ho Chi Minh yang bersuhu seperti Surabaya menjadi berbeda dengan Ha Noi yang sangat dingin ditambah hujan yang kelihatannya mengguyur kota sepanjang malam. Ruang kedatangan stasiun Ha Noi kurang bersahabat dengan suhu dan kondisi yang ada, setelah melakukan orientasi saya keluar dari ruang kedatangan kemudian belok kiri dan menemukan ruang keberangkatan yang terang benderang, banyak kursi dan hangat. Saya lihat serombongan Backpacker yang tadi satu kereta dengan saya sudah antri didepan loket untuk lanjutan kereta yang entah pergi kemana lagi. Stasiun Ha Noi merupakan stasiun internasional yang menghubungkan Vietnam dengan China, sehingga pada waktu-waktu tertentu ada kereta api yang berangkat menuju China.
Jam 07.00 saya mulai beranjak dari ruang keberangkatan ketika petugas stasiun mulai bersih-bersih lantai dengan mesin yang memekakan telinga.
Diluar stasiun, badan saya menggigil kedinginan, sehingga untuk memanaskan badan saya mulai lari menyeberang jalan yang ada di depan stasiun dan berjalan lurus mengikuti jalan besar tersebut.
Sampai akhirnya bertemu dengan sebuah cafe untuk sekedar menghangatkan badan dengan kopi khas Vietnam.
Dengan berpedoman pada peta, setelah melewati toko sepatu kesenangan saya sejak balita (kata mendiang ibu saya) sampai jadi embah saat ini, terlihat sebuah telaga yang diselimuti kabut pekat.
Ho Chi Minh yang bersuhu seperti Surabaya menjadi berbeda dengan Ha Noi yang sangat dingin ditambah hujan yang kelihatannya mengguyur kota sepanjang malam. Ruang kedatangan stasiun Ha Noi kurang bersahabat dengan suhu dan kondisi yang ada, setelah melakukan orientasi saya keluar dari ruang kedatangan kemudian belok kiri dan menemukan ruang keberangkatan yang terang benderang, banyak kursi dan hangat. Saya lihat serombongan Backpacker yang tadi satu kereta dengan saya sudah antri didepan loket untuk lanjutan kereta yang entah pergi kemana lagi. Stasiun Ha Noi merupakan stasiun internasional yang menghubungkan Vietnam dengan China, sehingga pada waktu-waktu tertentu ada kereta api yang berangkat menuju China.
Jam 07.00 saya mulai beranjak dari ruang keberangkatan ketika petugas stasiun mulai bersih-bersih lantai dengan mesin yang memekakan telinga.
Diluar stasiun, badan saya menggigil kedinginan, sehingga untuk memanaskan badan saya mulai lari menyeberang jalan yang ada di depan stasiun dan berjalan lurus mengikuti jalan besar tersebut.
Sampai akhirnya bertemu dengan sebuah cafe untuk sekedar menghangatkan badan dengan kopi khas Vietnam.
Internet di Cafe Hanh cukup cepat juga untuk browsing dan kirim email, setelah pulang ke Indonesia, saya baca, Vietnam merupakan negara Asean yang penetrasi internetnya sangat bagus.
Kembali turun kejalan untuk melanjutkan perjalanan, sejak dari Ho Chi Minh, Da Nang, Hoi An dan Hue, baru kali ini saya bertemu dengan angkatan bersenjata Vietnam yang sedang bertugas.
Sementara dalam cuaca hujan dan suhu dingin jalanan yang saya lewati mulai ramai, terutama sepeda motor dengan pengendaranya yang mengenakan jas hujan.
Meskipun kadang-kadang trotoar juga dilewati, tetapi begitu lampu lalu lintas menyala merah,mereka dengan tertib berhenti dibelakang garis stop. Sehingga penyeberang jalan dengan bebas dapat berjalan diatas Zebra Cross.Dengan berpedoman pada peta, setelah melewati toko sepatu kesenangan saya sejak balita (kata mendiang ibu saya) sampai jadi embah saat ini, terlihat sebuah telaga yang diselimuti kabut pekat.
Telaga Ho Hoan Kiem dengan latar belakang Turtle Tower. Salah satu telaga yang memiliki cerita mitos tentang se-ekor kura-kura raksasa yang kemudian ternyata merupakan sebuah kebenaran. Disebelah utara danau ini terbentang daerah Backpacker yang dinamakan Old Quarer Ha Noi.
Berbagai macam kegiatan di sekeliling telaga, mulai pasar, bank, restoran kecil sampai besar dan tempat tempat hiburan. Termasuk kesenian wayang tradisionil Vietnam juga ada disini, Water Pupet, wayang yang tempat pentasnya ada di kolam air.
Bagi saya yang sangat penting adalah dekat dengan terminal bus angkutan umum, yang dengan biaya murah dapat berkeliling kota.
Akhirnya saya memilih sebuah hostel murah dikawasan Old Quarter yang dapat saya gunakan dengan anak saya untuk istirahat malam nanti sebelum esok melanjutkan perjalanan.
Berbagai macam kegiatan di sekeliling telaga, mulai pasar, bank, restoran kecil sampai besar dan tempat tempat hiburan. Termasuk kesenian wayang tradisionil Vietnam juga ada disini, Water Pupet, wayang yang tempat pentasnya ada di kolam air.
Bagi saya yang sangat penting adalah dekat dengan terminal bus angkutan umum, yang dengan biaya murah dapat berkeliling kota.
Akhirnya saya memilih sebuah hostel murah dikawasan Old Quarter yang dapat saya gunakan dengan anak saya untuk istirahat malam nanti sebelum esok melanjutkan perjalanan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar