Louang Prabhang .....Setelah mengagumi kegigihan pemerintahnya yang berusaha mempertahankan ke-aslian kotanya sehingga tetap mendapatkan pengakuan sebagai Kota Warisan Dunia, saya melanjutkan perjalanan saya menuju ibu kota Laos, Vientiane.
Terminal bus di Louang Prabhang sepengetahuan saya ada dua, satu dibagian utara, Kiew Lot Sai Nuan, yang kemarin saya turun dari bus yang membawa saya dari Huay Xai dan satu lagi terminal bus dibagian selatan yang menghubungkan Louang Prabhang dengan Vientiane sampai Vietnam.
Dari tengah kota saya berjalan sesuai dengan peta sehingga sampai pada check point pertama yang menandakan saya tidak tersesat, yaitu sebuah stadion olah raga .... lagi-lagi kotor seperti tidak terawat.
Selanjutnya bertemu pasar, seperti di Surabaya, banyak penjual semangka. Kalau saya lihat sepintas ya yang namanya semangka saya kira rasanya sama saja dengan semangka yang tumbuh di negara kita.
Nah .... alhamdulillah ......setelah kaki sedikit lelah ketemu juga yang namanya Louang Prabhang Bus Station.
Naluang Bus Station, terminal bus bagian selatan. Dari daftar yang ada di loket, maka bus yang berangkat dari Naluang ini selain ke Vientiane, juga Vang Vieng, Hanoi bahkan ada yang ke Kun Ming (China).
Kegiatan didalam terminal, sama saja dengan kegiatan terminal-terminal kecil di tempat kita. Kalau ada bus yang datang, maka berbagai bentuk transportasi pendukung saling berkumpul dan berebut penumpang
Bahkan saking ngiritnya, ada sekeluarga yang dijemput dengan satu sepeda motor yang akhirnya barang dan orang saling berebut tempat.
Saya membeli tiket KIP 110.000,- untuk tujuan Vientiane. Tarif bus umum yang paling murah yang bisa dibeli resmi di-loket terminal dan saya lihat tidak ada bedanya tarif untuk penumpang lokal maupun untuk foreigner. Oleh penjual saya ditunjukkan bus yang nantinya akan membawa saya, sudah parkir tenang di jalur pemberangkatan.
Karena saya sudah kapok dengan Sleeper Bus, maka segera saya melihat bagian dalam bus...... alhamdulillah ..... bus pakai kursi. Disini bus umum ekonomi kursinya berderet dua-dua tidak dua-tiga seperti bus ekonomi di Surabaya.
Saat semua penumpang sudah naik, petugas yang ada di terminal masuk kemudian berbicara yang saya sendiri tidak tahu apa maksudnya. Pokoknya .....nyam.....nyaaammmm.....nyam...sambil menunjuk bus yang ada diluar jalur pemberangkatan yang lain.
Selesai berbicara petugas itu turun dari bus, sekarang para penumpang lokal ganti bicara seperti tawon ....... ngengggg......ngrnggg.....sambil mengambil barang-barangnya lalu keluar dari bus. Saya di-jawil belakang saya sambil diajak bicara .....cruwet.....cruwetttt....mbuh opo....akhirnya saya ikut arus penumpang yang lain untuk turun bus dan ganti bus yang lain.
Ternyata interiornya lebih bagus dari bus yang tadi, semua naik .... sekarang jumlah penumpang menjadi lebih banyak dari yang tadi .... mungkin saja penumpang dua bus dijadikan satu karena tidak memenuhi quorum .....hehehehehe.....
Lha .... si-mas-nya tadi naik lagi .... ada apa lagi ..... dia nrocos lagi bicara .....saya takut pindah bus lagi .... ternyata pemeriksaan tiket .... kasihan penumpang yang baju hijau itu. Dia disuruh meninggalkan tempat duduknya....sepertinya protes tapi tetap disuruh berdiri dan tempatnya digantikan orang lain sementara mbakyu baju hijau itu disuruh duduk di kursi plastik yang ditaruh di lorong.
Tepat jam yang seperti tertera di papan diatas loket, jam 17.15 bus keluar terminal dan mampir minum BBM dipintu keluar terminal bus. Sementara minum BBM, bus diserbu penumpang yang naik dan kelihatannya sudah menunggu di depot BBM itu. Oleh awak bus masing-masing dibagi kursi plastik yang kemudian oleh penumpangnya dipakai duduk dilorong bus. Jadinya bus penuh sesak, tapi semua duduk.
Saya jadi ingat saya pernah membaca salah satu blog, yang memberi informasi kalau ingin murah jangan beli tiket di loket terminal. Tetapi membayar dan melakukan negosiasi dengan awak bus diluar terminal ...... oooo ..... ini mungkin prakteknya. Tapi lha kalau ke Vientiane duduk dikursi plastik tanpa sandaran punggung kan ya bisa jatuh .....jadi mbakyu baju hijau itu tadi termasuk penumpang gelap tapi terang.
Selama perjalanan, saat matahari masih bersinar, bus berhenti sejenak untuk memberi kesempatan penumpang ke kamar kecil yang berjajar ditepi jalan.
Lewat beberapa kota, sebelum Vientiane, penumpang yang duduk di kursi plastik tadi sedikit demi sedikit turun sehingga saat melaju menuju Vientiane sudah tidak ada lagi penumpang yang duduk di lorong bus.
Jam 05.00 pagi bus yang saya tumpangi masuk North Bus Terminal di Vientiane.
Sambil menunggu pagi, saya duduk dikursi semen yang banyak di dalam terminal .... dingiiinnnn.
Pagi hari saya juga melihat ada bus besar berasal dari China masuk kedalam terminal.
Walaaaa .... yang namanya barang bawaan kok tidak sedikit untuk ukuran setiap individu, tetapi kelihatannya sebagian besar mereka itu pedagang yang mungkin saja baru dateng kulak-an barang dari China.
Setelah matahari bersinar terang, saya naik semacam angkot yang akan menuju Talat Sao atau Morning Market yang ada di tengah kota Vientiane. Karena ketahuan kalau saya bukan penduduk asli, hanya wajah seperti penduduk asli, maka berlakulah proses pemerasan. Saya harus membayar KIP 30.000,-
Bahkan saat turun dan saya bayar dengan KIP 50.000,- saya hanya diberi kembali KIP 10.000,- meskipun akhirnya kekurangannya dibayar setelah bajunya saya pegang tidak saya lepaskan.
Banyak seperti ini mangkal di Morning Market, hati-hati, harus jelas ongkos yang disepakati. Tegaskan uang yang dibayar itu untuk satu penumpang atau untuk semua yang ikut naik.
Ada bus kota, tetapi tulisan yang terpampang di kaca depan menggunakan huruf Laos. Sehingga kemana tujuan bus tersebut saya tidak tahu. Saya hanya tahu untuk bus nomor 14 itu adalah bus atau semacam van jurusan Budha Park yang mampir imigrasi perbatasan Vientiane-Nong Khai.
Dengan menumpang nomor 14 dan membayar ongkos KIP 6.000,- saya sudah sampai imigrasi, selesai proses imigrasi diharuskan menggunakan bus yang menyeberangi Sungai Mekong sampai imigrasi Nong Khai.
Di Terminal Bus Talat Sao ini saya lihat ada tiga bus internasional yang kesemuanya menuju ke Thailand dan kesemuanya milik perusahaan angkutan dari Thailand.
Ada bus menuju ke Udon Tani, kemudian bus menuju Khon Khaen dan yang paling banyak frekuensinya adalah bus yang menuju Nong Khai. Mungkin karena Nong Khai adalah kota perbatasan sehingga waktu tempuh yang hanya 1 jam membuat frekuensi pemberangkatan bus cukup banyak.
Akhirnya saya menumpang bus besar yang menuju Nong Khai dan tidak jadi naik bus 14. Untuk membeli tiket bus ke Nong Khai harus menunjukkan paspor ke penjual tiket, beberapa orang asing seperti ditolak membeli entah karena apa. Untuk jadwal bus dari Talat Sao ke Thailand silahkan klik disini.
Terminal bus di Louang Prabhang sepengetahuan saya ada dua, satu dibagian utara, Kiew Lot Sai Nuan, yang kemarin saya turun dari bus yang membawa saya dari Huay Xai dan satu lagi terminal bus dibagian selatan yang menghubungkan Louang Prabhang dengan Vientiane sampai Vietnam.
Dari tengah kota saya berjalan sesuai dengan peta sehingga sampai pada check point pertama yang menandakan saya tidak tersesat, yaitu sebuah stadion olah raga .... lagi-lagi kotor seperti tidak terawat.
Selanjutnya bertemu pasar, seperti di Surabaya, banyak penjual semangka. Kalau saya lihat sepintas ya yang namanya semangka saya kira rasanya sama saja dengan semangka yang tumbuh di negara kita.
Nah .... alhamdulillah ......setelah kaki sedikit lelah ketemu juga yang namanya Louang Prabhang Bus Station.
Naluang Bus Station, terminal bus bagian selatan. Dari daftar yang ada di loket, maka bus yang berangkat dari Naluang ini selain ke Vientiane, juga Vang Vieng, Hanoi bahkan ada yang ke Kun Ming (China).
Kegiatan didalam terminal, sama saja dengan kegiatan terminal-terminal kecil di tempat kita. Kalau ada bus yang datang, maka berbagai bentuk transportasi pendukung saling berkumpul dan berebut penumpang
Bahkan saking ngiritnya, ada sekeluarga yang dijemput dengan satu sepeda motor yang akhirnya barang dan orang saling berebut tempat.
Saya membeli tiket KIP 110.000,- untuk tujuan Vientiane. Tarif bus umum yang paling murah yang bisa dibeli resmi di-loket terminal dan saya lihat tidak ada bedanya tarif untuk penumpang lokal maupun untuk foreigner. Oleh penjual saya ditunjukkan bus yang nantinya akan membawa saya, sudah parkir tenang di jalur pemberangkatan.
Karena saya sudah kapok dengan Sleeper Bus, maka segera saya melihat bagian dalam bus...... alhamdulillah ..... bus pakai kursi. Disini bus umum ekonomi kursinya berderet dua-dua tidak dua-tiga seperti bus ekonomi di Surabaya.
Saat semua penumpang sudah naik, petugas yang ada di terminal masuk kemudian berbicara yang saya sendiri tidak tahu apa maksudnya. Pokoknya .....nyam.....nyaaammmm.....nyam...sambil menunjuk bus yang ada diluar jalur pemberangkatan yang lain.
Selesai berbicara petugas itu turun dari bus, sekarang para penumpang lokal ganti bicara seperti tawon ....... ngengggg......ngrnggg.....sambil mengambil barang-barangnya lalu keluar dari bus. Saya di-jawil belakang saya sambil diajak bicara .....cruwet.....cruwetttt....mbuh opo....akhirnya saya ikut arus penumpang yang lain untuk turun bus dan ganti bus yang lain.
Lha .... si-mas-nya tadi naik lagi .... ada apa lagi ..... dia nrocos lagi bicara .....saya takut pindah bus lagi .... ternyata pemeriksaan tiket .... kasihan penumpang yang baju hijau itu. Dia disuruh meninggalkan tempat duduknya....sepertinya protes tapi tetap disuruh berdiri dan tempatnya digantikan orang lain sementara mbakyu baju hijau itu disuruh duduk di kursi plastik yang ditaruh di lorong.
Tepat jam yang seperti tertera di papan diatas loket, jam 17.15 bus keluar terminal dan mampir minum BBM dipintu keluar terminal bus. Sementara minum BBM, bus diserbu penumpang yang naik dan kelihatannya sudah menunggu di depot BBM itu. Oleh awak bus masing-masing dibagi kursi plastik yang kemudian oleh penumpangnya dipakai duduk dilorong bus. Jadinya bus penuh sesak, tapi semua duduk.
Saya jadi ingat saya pernah membaca salah satu blog, yang memberi informasi kalau ingin murah jangan beli tiket di loket terminal. Tetapi membayar dan melakukan negosiasi dengan awak bus diluar terminal ...... oooo ..... ini mungkin prakteknya. Tapi lha kalau ke Vientiane duduk dikursi plastik tanpa sandaran punggung kan ya bisa jatuh .....jadi mbakyu baju hijau itu tadi termasuk penumpang gelap tapi terang.
Selama perjalanan, saat matahari masih bersinar, bus berhenti sejenak untuk memberi kesempatan penumpang ke kamar kecil yang berjajar ditepi jalan.
Lewat beberapa kota, sebelum Vientiane, penumpang yang duduk di kursi plastik tadi sedikit demi sedikit turun sehingga saat melaju menuju Vientiane sudah tidak ada lagi penumpang yang duduk di lorong bus.
Jam 05.00 pagi bus yang saya tumpangi masuk North Bus Terminal di Vientiane.
Sambil menunggu pagi, saya duduk dikursi semen yang banyak di dalam terminal .... dingiiinnnn.
Pagi hari saya juga melihat ada bus besar berasal dari China masuk kedalam terminal.
Walaaaa .... yang namanya barang bawaan kok tidak sedikit untuk ukuran setiap individu, tetapi kelihatannya sebagian besar mereka itu pedagang yang mungkin saja baru dateng kulak-an barang dari China.
Setelah matahari bersinar terang, saya naik semacam angkot yang akan menuju Talat Sao atau Morning Market yang ada di tengah kota Vientiane. Karena ketahuan kalau saya bukan penduduk asli, hanya wajah seperti penduduk asli, maka berlakulah proses pemerasan. Saya harus membayar KIP 30.000,-
Bahkan saat turun dan saya bayar dengan KIP 50.000,- saya hanya diberi kembali KIP 10.000,- meskipun akhirnya kekurangannya dibayar setelah bajunya saya pegang tidak saya lepaskan.
Ada bus kota, tetapi tulisan yang terpampang di kaca depan menggunakan huruf Laos. Sehingga kemana tujuan bus tersebut saya tidak tahu. Saya hanya tahu untuk bus nomor 14 itu adalah bus atau semacam van jurusan Budha Park yang mampir imigrasi perbatasan Vientiane-Nong Khai.
Dengan menumpang nomor 14 dan membayar ongkos KIP 6.000,- saya sudah sampai imigrasi, selesai proses imigrasi diharuskan menggunakan bus yang menyeberangi Sungai Mekong sampai imigrasi Nong Khai.
Di Terminal Bus Talat Sao ini saya lihat ada tiga bus internasional yang kesemuanya menuju ke Thailand dan kesemuanya milik perusahaan angkutan dari Thailand.
Ada bus menuju ke Udon Tani, kemudian bus menuju Khon Khaen dan yang paling banyak frekuensinya adalah bus yang menuju Nong Khai. Mungkin karena Nong Khai adalah kota perbatasan sehingga waktu tempuh yang hanya 1 jam membuat frekuensi pemberangkatan bus cukup banyak.
Akhirnya saya menumpang bus besar yang menuju Nong Khai dan tidak jadi naik bus 14. Untuk membeli tiket bus ke Nong Khai harus menunjukkan paspor ke penjual tiket, beberapa orang asing seperti ditolak membeli entah karena apa. Untuk jadwal bus dari Talat Sao ke Thailand silahkan klik disini.