Berjalan diantara dua bangunan imigrasi negara berlainan sudah beberapa kali saya lakukan. Tetapi berjalan didaerah tak bertuan antara Cau Treo (sisi Vietnam) dan Nam Phao (sisi Laos) sangat berbeda.
Ini adalah peta yang saya ambil untuk menunjukkan seberapa panjangnya daerah no man's land antara imigrasi Vietnam dan Laos.
Sementara bus yang saya tumpangi tadi lewat dalam keadaan kosong, para penumpangnya berjalan beriringan sambil berusaha mencari pijakkan yang tidak licin.
Beberapa puluh meter keluar dari imigrasi Cau Treo, tiba-tiba saya melihat rombongan besar berjalan berduyun-duyun dari arah Laos menuju Vietnam
Mungkin saja paspor-paspor setumpuk tadi adalah milik orang-orang ini, sehingga saat mereka sampai Cau Treo tidak perlu antri ..... wah kalau betul dugaan saya berarti bagus sekali service-nya.
Mungkin ini adalah pertengahan jalan antara Viatnam Border dengan Laos Border, ada sungai dalam yang memisahkan. Jembatannya diberi nama Nam Tuang, tulisannya sudah kusam dan saya lihat itu adalah huruf Lao, bukan huruf Vietnam.
Jauh diseberang tampak lebih dahulu didepan mata disela-sela kabut tebal adalah bendera Laos, kemudian bangunan yang bercat krem atau kuning arah coklat.
Kantor imigrasi Laos di Nam Phao, jauh lebih bagus dari pada bangunan imigrasi Vietnam yang tadi.
Beberapa saat yang lalu, warga negara Indonesia belum bebas visa untuk masuk Laos, masih perlu membayar Visa On Arrival. Akibatnya petugas imigrasinya masih ada yang bingung, dari loket VOA saya mendapat penjelasan kalau WNI langsung ke loket berikutnya. Saya langsung ambil Imigration Form, saya isi dan bersama paspor saya masukkan ke loket. Disini petugas beberapa kali meyakinkan dirinya kalau benar-benar WNI bebas visa, baik dari daftar tempel maupun dari buku tebalnya. Akhirnya paspor saya dilempar ke loket nomor tiga. Disini petugas menyodorkan kalkulatornya ....17.000 Lao KIP. Semprul...bayar stamp fee lagi ....karena tidak punya KIP saya bayar $ 3,- yang diberi uang kembali KIP 4000,-. Sementara itu tidak ada sama sekali pemeriksaan tas atau backpack dan saya juga tidak melihat adanya alat X-Ray Scanner seperti yang selalu saya lihat di Bea Cukai.
Keluar dari imigrasi, dipintu menuju halaman, paspor diperiksa lagi oleh petugas gendut dengan baju kedodoran .... paspor saya dibaca lagi .....tersenyum ....Indonesia ? .... Asean .... same-same.
Oooo ternyata kalimat same-same sampai di Laos juga.
Saya melihat ada warung kecil ditepi sungai, tapi sebelumnya saya ke kamar kecil dulu ....ya ampun.....seperti di Bungurasih.....kencing bayar KIP 2000,-
Pintu gerbang buka dan tutup saat ada kendaraan yang telah lolos pemeriksaan, setiap ada yang selesai pintu dorong dibuka, kendaraan lewat, pintu tutup lagi ....
Ada juga mobil mewah seperti ini meluncur ke arah Laos dari Vietnam.
Jam 09.02 pintu pagar dorong Imigrasi Nam Phao Laos dibuka oleh petugas, bus yang membawa saya ke Vientiane melintasi pemeriksaan imigrasi Laos didahului bus yang warnanya merah muda. Saya tidak tahu apakah barang bawaan penumpang yang ada didalam bus telah diperiksa. Jam 09.18 bus berangkat dengan berhenti beberapa kali untuk istirahat. Berbeda dengan kondisi jalan saat melintas di Vietnam yang becek, kondisi jalan disisi Laos lebih bersih namun berkelok-kelok turun tajam.
Ditengah perjalanan, bus warna merah muda yang tadi berangkat lebih dahulu, terlihat masuk kedalam jurang ditepi jalan. Penumpangnya duduk ditepi jalan, saya tidak tahu apakah ada korban meninggal karena posisi duduk saya tidak mungkin dengan mudah keluar bus. Mungkin karena sesama bus antar negara, sopir bus yang saya tumpangi berhenti dan beberapa awak bus berlarian menuju bus yang terguling itu. Saya hanya dapat melihat dari sela-sela kotoran yang menempel dari kaca disebelah tempat anak saya berbaring. Lama juga bus berhenti, sementara saya tidak melihat adanya ambulans atau mobil rescue didekat tempat kecelakaan. Hanya penduduk lokal yang banyak berkerumun disekeliling jurang. Saya berhasil mengambil gambar seadanya dari bus warna merah muda tersebut, terlihat kaca jendelanya yang pecah dan posisinya yang tidak lagi tegak. Kembali bus berjalan, kelihatannya sopir agak takut juga, jalan bus terkesan lebih berhati-hati.
Hati saya agak lega, saat jam menunjukkan 16.45 dipinggir jalan ada tulisan Vientiane 80 Km. Masih 80 Kilometer lagi, baru kota Vientiane. Akhirnya jam 18.10 bus yang saya tumpangi selamat masuk dan parkir di Terminal Bus Selatan ( South Bus Terminal ) kota Vientiane. Perjalanan darat selama 25 jam 10 menit membuat pantat saya hilang dan leher saya pegal, benar-benar sebuah perjalanan yang menantang. Jarak tempuh bus setelah masuk perbatasan Laos sampai Vientiane merupakan lebar dari Negara Laos yang membentang dari timur sampai barat, sebab 25 Km lagi kearah barat sudah sampai ke sungai Mekong yang membatasi Negara Laos dengan Negara Thailand.
Backpacker's Note : Kalau ada kesempatan harus ikut mencoba.
Saran saya, kalau hanya ingin naik bus Vietnam - Laos, jangan naik bus dari Ha Noi.
Ha Noi - Vinh naik kereta api
Vinh - Vientiane baru naik bus.
Ini adalah peta yang saya ambil untuk menunjukkan seberapa panjangnya daerah no man's land antara imigrasi Vietnam dan Laos.
Sementara bus yang saya tumpangi tadi lewat dalam keadaan kosong, para penumpangnya berjalan beriringan sambil berusaha mencari pijakkan yang tidak licin.
Beberapa puluh meter keluar dari imigrasi Cau Treo, tiba-tiba saya melihat rombongan besar berjalan berduyun-duyun dari arah Laos menuju Vietnam
Mungkin saja paspor-paspor setumpuk tadi adalah milik orang-orang ini, sehingga saat mereka sampai Cau Treo tidak perlu antri ..... wah kalau betul dugaan saya berarti bagus sekali service-nya.
Mungkin ini adalah pertengahan jalan antara Viatnam Border dengan Laos Border, ada sungai dalam yang memisahkan. Jembatannya diberi nama Nam Tuang, tulisannya sudah kusam dan saya lihat itu adalah huruf Lao, bukan huruf Vietnam.
Jauh diseberang tampak lebih dahulu didepan mata disela-sela kabut tebal adalah bendera Laos, kemudian bangunan yang bercat krem atau kuning arah coklat.
Kantor imigrasi Laos di Nam Phao, jauh lebih bagus dari pada bangunan imigrasi Vietnam yang tadi.
Beberapa saat yang lalu, warga negara Indonesia belum bebas visa untuk masuk Laos, masih perlu membayar Visa On Arrival. Akibatnya petugas imigrasinya masih ada yang bingung, dari loket VOA saya mendapat penjelasan kalau WNI langsung ke loket berikutnya. Saya langsung ambil Imigration Form, saya isi dan bersama paspor saya masukkan ke loket. Disini petugas beberapa kali meyakinkan dirinya kalau benar-benar WNI bebas visa, baik dari daftar tempel maupun dari buku tebalnya. Akhirnya paspor saya dilempar ke loket nomor tiga. Disini petugas menyodorkan kalkulatornya ....17.000 Lao KIP. Semprul...bayar stamp fee lagi ....karena tidak punya KIP saya bayar $ 3,- yang diberi uang kembali KIP 4000,-. Sementara itu tidak ada sama sekali pemeriksaan tas atau backpack dan saya juga tidak melihat adanya alat X-Ray Scanner seperti yang selalu saya lihat di Bea Cukai.
Keluar dari imigrasi, dipintu menuju halaman, paspor diperiksa lagi oleh petugas gendut dengan baju kedodoran .... paspor saya dibaca lagi .....tersenyum ....Indonesia ? .... Asean .... same-same.
Oooo ternyata kalimat same-same sampai di Laos juga.
Saya melihat ada warung kecil ditepi sungai, tapi sebelumnya saya ke kamar kecil dulu ....ya ampun.....seperti di Bungurasih.....kencing bayar KIP 2000,-
Pintu gerbang buka dan tutup saat ada kendaraan yang telah lolos pemeriksaan, setiap ada yang selesai pintu dorong dibuka, kendaraan lewat, pintu tutup lagi ....
Ada juga mobil mewah seperti ini meluncur ke arah Laos dari Vietnam.
Jam 09.02 pintu pagar dorong Imigrasi Nam Phao Laos dibuka oleh petugas, bus yang membawa saya ke Vientiane melintasi pemeriksaan imigrasi Laos didahului bus yang warnanya merah muda. Saya tidak tahu apakah barang bawaan penumpang yang ada didalam bus telah diperiksa. Jam 09.18 bus berangkat dengan berhenti beberapa kali untuk istirahat. Berbeda dengan kondisi jalan saat melintas di Vietnam yang becek, kondisi jalan disisi Laos lebih bersih namun berkelok-kelok turun tajam.
Ditengah perjalanan, bus warna merah muda yang tadi berangkat lebih dahulu, terlihat masuk kedalam jurang ditepi jalan. Penumpangnya duduk ditepi jalan, saya tidak tahu apakah ada korban meninggal karena posisi duduk saya tidak mungkin dengan mudah keluar bus. Mungkin karena sesama bus antar negara, sopir bus yang saya tumpangi berhenti dan beberapa awak bus berlarian menuju bus yang terguling itu. Saya hanya dapat melihat dari sela-sela kotoran yang menempel dari kaca disebelah tempat anak saya berbaring. Lama juga bus berhenti, sementara saya tidak melihat adanya ambulans atau mobil rescue didekat tempat kecelakaan. Hanya penduduk lokal yang banyak berkerumun disekeliling jurang. Saya berhasil mengambil gambar seadanya dari bus warna merah muda tersebut, terlihat kaca jendelanya yang pecah dan posisinya yang tidak lagi tegak. Kembali bus berjalan, kelihatannya sopir agak takut juga, jalan bus terkesan lebih berhati-hati.
Hati saya agak lega, saat jam menunjukkan 16.45 dipinggir jalan ada tulisan Vientiane 80 Km. Masih 80 Kilometer lagi, baru kota Vientiane. Akhirnya jam 18.10 bus yang saya tumpangi selamat masuk dan parkir di Terminal Bus Selatan ( South Bus Terminal ) kota Vientiane. Perjalanan darat selama 25 jam 10 menit membuat pantat saya hilang dan leher saya pegal, benar-benar sebuah perjalanan yang menantang. Jarak tempuh bus setelah masuk perbatasan Laos sampai Vientiane merupakan lebar dari Negara Laos yang membentang dari timur sampai barat, sebab 25 Km lagi kearah barat sudah sampai ke sungai Mekong yang membatasi Negara Laos dengan Negara Thailand.
Backpacker's Note : Kalau ada kesempatan harus ikut mencoba.
Saran saya, kalau hanya ingin naik bus Vietnam - Laos, jangan naik bus dari Ha Noi.
Ha Noi - Vinh naik kereta api
Vinh - Vientiane baru naik bus.