Rombongan Travel Sebariz turun dari bus dan sampai di Imigration Hall jam 22.30.
Proses Imigrasi sampai klaim bagasi dan keluar dari gerbang pemeriksaan akhir jam 23.30 waktu setempat
Waktu sampai diluar pintu dan berjalan menuju area penjemputan, saya sempat tertawa sebab ada petugas yang memakai baju dan celana biasa, sosok yang membuat saya teringat kata-kata pak Gozali saat di bandara Juanda ..... “Nanti ada petugas yang mengatakan... cepat... cepat... cepat.... sudah biarkan saja. Jangan sampai terpisah dari rombongan, sebab memang itu tugasnya mengatakan...cepat....cepat....cepat..”
Nanti di bandara Jedah ada yang bilang....cepat....cepat....sudah biarkan saja, jangan
sampai terpisah dari rombongan, memang bisanya hanya berkata seperti itu...hehehehehe.
Tak berapa lama ada seorang laki-laki yang menghampiri rombongan Sebariz, membantu mendorong kereta yang penuh berisi koper dan mengarahkan ke sebuah bus besar.
Karena besarnya bus, maka ke-18 orang dalam rombongan semua dapat duduk didekat jendela. Lega juga, setelah sekian jam rasanya seperti dilepas oleh Sebariz sekarang ada yang menjemput dan mendampingi. Diluar gerbang bandara King Abdul Aziz, bus menepi dan berhenti, naik seorang pemuda yang dalam logat bicaranya adalah suku Madura sambil membawa setumpuk kotak berisi konsumsi hidangan makan malam. Dengan porsi yang sangat banyak dan dibagi tengah malam membuat saya cuma mampu memakan buah pisangnya. Ternyata pemuda Madura itu adalah Mutawif yang akan mendampingi dan membimbing rombongan Sebariz selama di Tanah Suci melaksanakan Ibadah Umroh.
Karena besarnya bus, maka ke-18 orang dalam rombongan semua dapat duduk didekat jendela. Lega juga, setelah sekian jam rasanya seperti dilepas oleh Sebariz sekarang ada yang menjemput dan mendampingi. Diluar gerbang bandara King Abdul Aziz, bus menepi dan berhenti, naik seorang pemuda yang dalam logat bicaranya adalah suku Madura sambil membawa setumpuk kotak berisi konsumsi hidangan makan malam. Dengan porsi yang sangat banyak dan dibagi tengah malam membuat saya cuma mampu memakan buah pisangnya. Ternyata pemuda Madura itu adalah Mutawif yang akan mendampingi dan membimbing rombongan Sebariz selama di Tanah Suci melaksanakan Ibadah Umroh.
Peta perjalanan Jedah - Medinah 415 Km dengan waktu tempuh relatif 4 - 5 jam.
Beberapa jam kemudian kami dibangunkan dari kelelapan tidur, diluar dalam kegelapan malam terpancar cahaya lampu gemerlap, menandakan bus masuk kesebuah kota besar...... Medinah ..... ya Allah sampai juga saya disalah satu kotaMu. Sementara konsumsi makan malam belum sempat saya makan. Jalan yang pendek-pendek dengan tikungan tajam membuat bus yang saya tumpangi agak kesulitan untuk menikung, apa lagi harus mundur-maju-belok karena kesulitan menemukan hotel tempat bermalam selama di Medinah.
Dari sela-sela bangunan hotel yang menjulang tinggi saya melihat menara masjid Nabawi dengan jelas, berarti jarak antara hotel dengan masjidil Nabawi tidak jauh. Alhamdulillah, Travel Sebariz dengan dana yang relatif rendah sudah menempatkan jamaah-nya tidak jauh dari masjid.
Setelah beberapa saat mencari, akhirnya ketemu juga hotel yang menjadi tujuan kami.
Setelah selesai berbenah di kamar hotel, rombongan berjalan menuju masjid, menunaikan sholat Subuh. Solat pertama kali yang akan kita lakukan di Tanah Suci.
Pesan pak Gozali, .... untuk pulang jangan lupa Gate nomor 6.....hehehehe....