Saya baru saja menyelesaikan perjalanan saya 21 Juli sampai 27 Juli 2016. Menuruti kata hati untuk mendarat di Singapura – Malaysia-Kamboja dan Vietnam secara marathon. Tentu saja sebagai orang yang sudah tua apa yang saya pikirkan berbeda dengan mereka yang masih muda. Saya paling tidak suka kalau ada orang yang baru pulang dari luar NKRI, saat berada di kotanya dan melihat ada sebuah kejadian lalu ber-ucap :”Wah kalau di ….. tidak seperti itu, mereka teratur….”
atau dengan ber-ucap “ Coba kejadian ini terjadi di ….. habis nasib itu orang”. dan sebagainya yang intinya membandingkan kotanya dengan kota yang baru dilihat namun dengan hasil akhir yang kemudian menjelekkan bangsa sendiri.
Saya mencoba kembali mengingat, apa saja yang sudah saya lihat, paling mudah mungkin melihat alat angkut moda transportasi masal dan jalan yang saya lewati.
Didalam angkutan umum ada fasilitas khusus untuk mereka yang sangat membutuhkan, para lansia, ibu hamil, ibu yang sedang nggendong anak bayinya ........
Penyandang cacat dengan kursi roda mendapat ruang khusus disertai perhatian khusus juga, termasuk tombol stop bus yang ada di dua ketinggian.
Dijalan raya disisi trotoar tempat orang berjalan kaki terdapat lajur khusus, grip untuk penyandang tuna netra
Dipasar, dimana penjaja kaki lima cukup banyak, tetap ada rasa empati yang tinggi dengan tidak menutup grid penuntun tuna netra. Grid tetap dalam kondisi bebas meskipun disekelilingnya ada kursi plastik untuk mereka yang menikmati jajanan kaki lima.
Didalam bangunan publik, tidak lupa, fasilitas untuk disabilitas tetap dipenuhi, mereka juga warga negara dan juga membayar pajak.
Terus apa oleh-oleh saya .......
Apakah saya juga ikut mengumpat, seandainya saya melihat grid penuntun tuna netra ditutup oleh tenda pedagang kaki lima. Atau mengusir penumpang muda yang duduk diatas kursi dengan tanda khusus ?
Hasil dari backpacking saya adalah:
- Menuntun tuna netra yang kesulitan mencari jalan.
- Meminta ijin untuk mendorong kursi roda saat saya melihat ada penyandang disabilitas di Kampus saya
- Memberikan kursi saya di bus kota saat melihat ada ibu yang sedang mendukung anak bayinya.
Hayooo ....bagaimana dengan kalian yang baru pulang dari backpacking ? membandingkan bus kota kita dengan bus kota di Singapur ???? .... hehehehehe....
Banyak diantara kita yang tidak sabar untuk mendapatkan sesuatu, akibatnya pekerjaan antri masih merupakan sebuah budaya yang langka. Bahkan mendapatkan fasilitas by-pass didalam sebuah urutan menjadikan sebuah kebanggaan dan pantas untuk dipamerkan pada orang lain. Saat saya harus naik sebuah bus, bus yang bersangkutan belum datang, namun peminat atau calon penumpang bus tersebut sudah berderet dengan sabar antri. Bahkan untuk membunuh waktu hampir semua yang saya lihat membaca buku atau menganggukan kepala mengikuti irama lagu yang didengarkan lewat headphone.
Ini gambar orang antri akan naik bus lho ya, bukan orang jajan didepan kounter makanan.
Saat selesai melakukan proses imigrasi dan harus kembali naik bus ..... ya ampun ....ternyata orang yang seperti saya jumlahnya bukan puluhan tapi ratusan. Tetapi semua sabaaaaaarrrrrr antri menunggu giliran naik bus lanjutan.
Lampu kuning .....merah menyala tanda stop kendaraan dari depan lampu lalu lintas tersebut dipasang.
Ciiitttt....semua rem dibelakang garis stop yang ada dibelakang zebra cross, sehingga pejalan kaki dapat menyeberang dengan aman tanpa harus berliku berjalan diantara knalpot sepeda motor yang ada.
Saya pernah ke Bangkok, saat itu hujan, lhaa....saya melihat pemandangan yang dalam ukuran saya sangat ganjil .... yaitu banyak orang antri untuk mendapatkan urutan kesempatan naik Ojek.
Terus saat pulang dari Kuala Lumpur saya bersamaan dengan serombongan TKI yang dengan tertib antri imigrasi didepan saya. Menunggu giliran mereka selalu baris dibelakang garing kuning. tapi apa yang terjadi saat mereka tiba di Tanah Air ???? Saat antri di imigrasi Bandara Juanda, mereka berebut, uyel-uyelan sampai pihak security bandara kuwalahan mengatur mereka. Pikiran saya, .... lho lha kok tadi saat di Kuala Lumpur kok bisa antri tertib ya ?
Apa oleh-oleh saya ?
- Saya tertib antri ditempat-tempat yang harus antri.
- Saya selalu berhenti dibelakang garis putih meskipun kadang sepeda motor yang ada dibelakan saya membunyikan klakson menyuruh saya maju.
- Saya menjadi mudah menghormati hak orang lain.
Masih banyak angkutan bus kota di kota-kota di negara kita yang tidak jelas tempat berhentinya, bus dapat diberhentikan dimanapun dan penumpang juga dapat turun dimanapun. Sampai ada keluarga saya yang bilang kalau rumahnya ditepi jalan yang dilewati angkutan umum, sehingga kalau naik dan turun angkutan umum dapat tepat didepan pintu rumahnya.......hehehehehe ...keluarga saya bukan pejabat apa-apa lho.
Seneng juga ya, kalau untuk naik bus kota, naik dari depan memasukkan uang kekotak uang didekat pak Sopir, tiket keluar sesuai dengan tujuan.
Jangan lupa, turun dari bus lewat pintu tengah yang memang ukurannya sangat lebar dibanding dengan pintu masuk. Sebab dipintu masuk calon penumpang harus antri untuk membayar.
Kalau ini saya tidak punya oleh-oleh, yang ada cuma pengamatan dan cita-cita.
Cita-cita saya begini:
Andaikata saya seorang pejabat tinggi dalam sebuah departemen atau pemerintahan atau badan yang membawahi bagian yang terkait, maka saya akan:
- Mengumpulkan para Sopir bus.
- Mengumpulkan para Kondektur bus.
- Mengumpulkan Kernet dan Makelar bus.
Semua yang terpilih dan punya pengaruh positip pada teman-temannya.
Mereka akan saya beri uang sesuai dengan take home pay mereka dalam sehari dikalikan selama mereka saya ajak dolan untuk diserahkan pada isterinya.
Lalu masing-masing saya belikan backpack, saya suruh isi dengan pakaian.
Akhirnya akan saya ajak mereka menjadi Backpacker, keliling negara-negara Asean, mau saya tunjukkan mereka kondisi per-bus-an di negara-negara tetangga dengan harapan setelah pulang mereka dapat mengubah perilaku mereka saat dijalanan.
Supaya mereka tahu, kalau bus baru jalan kalau penumpang sudah aman masuk dan bus berhenti dulu baru penumpang turun. Bukan bus jalan saat penumpang kakinya baru satu masuk bus dan penumpang didorong keluar saat ingin turun sementara bus belum berhenti betul.
Masalahnya satu ..... yaitu saya bukan apa-apa ...saya hanya BACKpacker dan bukan BAGpacker, seperti para selebritis atau orang-orang kaya kalau bepergian.
Naaahhhhh ....... paling tidak saya punya oleh-oleh ........ yang selalu ditanyakan para teman ....Mana oleh-olehnya ???
Tidak ada komentar:
Posting Komentar