Kamis, 27 Maret 2014

Lintas Laos: Dari Chiang Kong ke Louang Prabhang


Kecewa tidak dapat masuk Myanmar dari arah Mae Sai, membuat saya bersemangat untuk menelusuri Laos dari arah Bokeo sampai Vientiane dengan tujuan eksplorasi Louang Prabhang.

Bus yang saya tumpangi dari Chiang Rai baru saja menyelesaikan perjalanannya menyusuri Highway 1174 dan bertemu dengan Highway 1020 kemudian belok kiri, pada kilometer 132 sudah terlihat penunjuk jalan yang akan menuju Friendship Bridge Thailand – Lao PDR. Bus berhenti tepat di pertigaan dan ibu kondektur menyarankan saya dan 6 orang Backpacker yang lain untuk turun, sebab di Chiang Kong tidak ada transportasi yang menuju perbatasan.
Ditepi jalan parkir 3 buah Tuk-tuk yang memeras kami dengan tarip THB 50,- per-orang  untuk transportasi sejauh hanya 2 Kilometer. Kalau cuaca tidak sepanas ini dan jalan tidak gersang, karena pepohonan yang ditanam belum tinggi, maka saya sebenarnya memilih untuk jalan kaki saja.

Namun apa boleh buat, say ikut dua orang Backpacker yang lain masuk kedalam Tuk-tuk dan…….bruuunnngggg….. lima menit kemudian bangunan Imigrasi Chiang Kong sudah terlihat menjulang tinggi. Tidak seperti saat menuju Mae Sai, ditengah jalan tidak ada Pos Militer yang memeriksa lalu lintas orang. Kondisi Imigrasi Chiang Kong sepi sekali, saat saya lewat, maka yang berbaris di loket Imigrasi cuma rombongan kami saja, tujuh orang dan tidak terlihat adanya orang yang masuk dari arah Imigrasi Bokeo Laos. Imigrasi dengan gedung besar yang paling sepi lalu lintas orang.



Keluar dari Imigrasi, kita dipaksa untuk naik bus menyeberangi Sungai Mekong lewat Friendship Bridge dengan tujuan Imigrasi Bokeo, tarip THB 20,-. Ampuunnn….sudah THB 70,- saya keluarkan hanya untuk perjalanan jarak yang pendek. 

Imigrasi Bokeo Laos


Masuk Imigrasi Bokeo Laos juga tidak ada masalah, setelah mengisi aplikasi imigrasi langsung paspor saya distempel untuk kunjungan sosial. 


Baru kali ini saya melihat form aplikasi imigrasi yang ada iklannya, iklan perusahaan komunikasi Beeline.
Di lobi saya menukarkan uang Bath saya dengan Lao Kip THB 2000,-, kurs yang berlaku saat itu THB 1,- = Kip 249,- sedangkan kurs tidak resmi THB 1,- = KIP 250,-. Saya tidak berani tukar banyak, sebab seperti Rupiah, nasib Kip juga sama, yaitu tidak laku ditukar diluar negaranya sendiri.
Dari Imigrasi jarak ke Terminal Bus antar kota masih 5 Kilometer lagi. Saya bertanya pada petugas disitu, apa ada transportasi ke Terminal Bus. 


Yang saya tanya menunjuk ke Tuk-tuk yang banyak parkir didepan Imigrasi. Ternyata tidak ada kendaraan lain selain Tuk-tuk itu. Tarip bersama kalau penuh seorang THB 80,- kalau sendirian THB 200,-…..ini tarip gila benar.  Sebagian besar kendaraan yang beroperasi di Laos buatan China, meskipun modelnya tidak berbeda dengan Suzuki atau Daihatsu. Siapa bilang buatan China jelek, mungkin yang masuk Indonesia saja semacam Mocin yang mudah rusak atau konon kabarnya Busway di Jakarta yang karatan........


Akhirnya bersama Backpacker yang lain saya terpaksa mengeluarkan THB 80,- untuk menuju Terminal Bus Bokeo. Jadinya saya benar-benar merasa dirampok, hanya untuk jarak 8 Kilometer mulai dari pertigaan Chiang Kong sampai Terminal Bus Bokeo saya harus mengeluarkan THB 150,-….gila.
Belum sempat bernafas lega dan meluruskan kaki ditempat yang sempit, Tuk-tuk sudah berhenti. Sopirnya turun dan menepuk bahu saya dari luar…..”step down, man” …..lho… .diseberang jalan berdiri bangunan yang masih baru dengan sebuah bus biru besar parkir dipelatarannya. 

That is bus terminal?
OK….lets go….man...ucapnya sambil kembali masuk kedalam ruang kemudi.
Scam…..umpat saya, masih belum rela dengan THB 80,- yang saya bayarkan……jangkrik
 Bersama Backpacker dari Israel didepan bus biru yang akan membawa saya ke Louang Prabhang

Sambil membetulkan tas punggung saya lari menyeberangi jalan masuk kedalam bangunan baru tersebut yang kemudian disambut oleh perempuan berseragam:
Sabadee
Sabadee
Nyam…nyaaammmm….nyam…nyammm…ngek…ngok…ngek…. dalam bahasa lokal…..
Excuse me, I am an Indonesian, not Laonese…
Indosian ?....Ohhh…sory…sory…where are you going…..Indosian gundulmu….umpat saya….tapi segera saya sadar, bahwa orang Indonesia sendiri mengucapkan nama negaranya juga salah…..Indonesah…..apa lagi lidah luar sana.
Louang Prabhang….dan Kip 145.000,- berpindah tangan dari dompet saya ke tangan perempuan yang ramah tadi, saya diberi tiket hijau dengan tulisan…embuh ora weruh…. That is your vip bus….will departed at 18.00…sambil menunjuk bus biru besar…….lho…lho…padahal sekarang masih jam 11.00


Sambil menunggu datangnya jam 18.00 saya mengamati sekeliling terminal, ada Guest House yang memiliki banyak kamar di pelataran terminal. 



Namun masih kosong, kantornyapun tidak ada petugasnya, mungkin ini Guest House untuk nanti kalau ramai pengunjung. 

Jadual bus dari terminal bus Bokeo

Diatas loket penjualan tiket saya baca ada bus yang menuju Meuang La, Chiang Houng dan Khoun Ming semuanya kota-kota didaratan China. Juga bus tujuan Vietnam, Dien Bien Fou dan Hanoi, selain itu tentu saja bus yang menuju Thailand, Chiang Rai.
Mulai jam 11.00 sampai naik bus jam 17.30, saya tidak melihat adanya frekuensi datang dan perginya bus seperti di terminal Bungurasih yang hiruk pikuk. 


Saya hanya melihat satu kali masuk terminal bus kecil dari China, dua bus besar tidak ada penumpangnya dari New Terminal Chiang Rai. 

Bus dari Chiang Rai dan dilatar belakang bus dari Vientiane.

Kemudian ada bus yang hanya singgah sebentar dengan trayek Chiang Mai – Louang Prabhang. Satu bus masuk terminal dari Vientiane, ibu kota Laos dengan penumpang yang penuh. Sebelum bus yang saya tumpangi berangkat, ada sebuah bus kecil yang berangkat disusul dua bus besar jurusan Chiang Rai.


                                           Sleeper Bus, satu tempat tidur untuk berdua.

Bus vip yang saya tumpangi ternyata sleeper bus, sebenarnya saya sudah jera naik sleeper bus, tidak ada enaknya, punggung sakit semua. Namun ini adalah satu-satunya bus yang menghubungkan Bokeo dengan Louang Prabhang yang berjarak 505 Kilometer. Datang jam berapapun ke terminal bus, maka yang ditumpangi, ya, bus biru berangkat jam 18.00 ini…..tidak ada pilihan.
Saya setempat tidur dengan seorang militer yang badannya besar. Susunan tempat tidur didalam bus adalah berjajar dua dan bertingkat dua, setiap tempat tidur di isi dua orang. Setiap orang dapat satu bantal dan satu selimut.
Jam 18.15 bus berangkat meninggalkan terminal, belum ada 10 menit berangkat, bus sudah meninggalkan jalan yang lurus. Yang saya rasakan mulai berangkat sampai berhenti bus terus berkelok-kelok tanpa putus. Jadinya bagaimana orang bisa tidur kalau punggung dan leher terus digunakan untuk membuat stabil badan supaya tidak ikut gerakkan bus yang meliuk-liuk sepanjang jalan. Sebelum cuaca betul-betul gelap, bus berhenti ditepi jalan untuk memberi kesempatan penumpang ke toilet, seterusnya bus hanya berhenti di beberapa kota yang dilewati bila ada penumpang yang turun. Saya tidak tahu, tentara disebelah saya tadi itu turun dikota mana, yang jelas sampai Louang Prabhang saya tidur sendiri. Jalan antara Bokeo – Louang Prabhang meskipun tidak pernah berhenti berkelok dan sempit namun mulus tanpa lubang. Sehingga selama perjalanan sejauh 505 Kilometer terasa tanpa hentakkan.

Jam 06.30 bus masuk North Terminal di Louang Prabhang, dan saya siap-siap diperas oleh sopir Tuk-tuk lagi sebab jarak North Terminal dengan kota masih 3 Kilometer lagi.
Betul juga, akhirnya Kip 20.000,- harus direlakan untuk ongkos Tuk-tuk sampai kota Louang Prabhang.


Saya bersama para Backpacker lain diturunkan didekat pasar di bundaran perempatan jalan didepan Kantor Pariwisata. 


Dengan berjalan kaki kearah sungai Mekong, banyak sekali hostel bertebaran dengan tarip Kip 100.000,- semalam.

 Rumah-rumah kuno yang dijadikan Guest House sepanjang Sungai Mekong

Tidak ada komentar:

Posting Komentar