Selasa, 13 September 2022

Menapakkan Kaki di Usia Senja Berharap Bersua Sahabat - Episode 4 - Bakat-Bakat Terpendam

Bagi sebagian orang, berkumpul kembali setelah berpisah berpuluh tahun adalah sebuah kebahagiaan, tertawa bersama mengenang masa lalu. Banyak kisah-kisah antar sahabat diunggah dimedia sosial yang berjanji akan bertemu kembali disebuah tempat setelah sekian banyak tahun tidak berkumpul, Tidak sedikit bagi mereka-mereka saat berkumpul kembali merupakan ajang untuk pamer kesuksesan hidup. Sehingga ada sebagian orang yang tidak mau hadir hanya karena dia merasa kalau hidupnya tidak sukses seperti teman lainnya.

 Salah satu anugerah Allah pada umatNya yang banyak menarik perhatian orang adalah bakat tarik suara bin suara merdu atau mendayu-dayu.  Setiap orang umumnya suka "rengeng-rengeng" mengikuti sebuah lagu, karena kalau "keras-keras", ayam dan kucing yang ada didekatnya akan lari menjauh. Sebab tidak ada bedanya antara bersenandung dan marah-marah. Saya adalah penggemar James Reeves dengan suara berat tapi empuk. Namun kalau saya disuruh menirukan, nadanya bisa berubah tidak karu-karuan.
 
Setiap kali menhadiri re-uni maka hiburan yang paling gampang adalah tarik suara alias nyanyi, bisa nyanyi solo, bisa nyanyi duet, kwartet sampai nyanyi berombongan. Dulu mungkin susah, untuk mengadakan hiburan nyanyi-nyanyi, karena harus mendatangkan grup band. Sekarang perangkat musik satu stage bisa digendong ditutupi sarung dan dibawa naik sepeda motor ditambah mbonceng penyanyinya yang umumnya menawan. Bravo untuk kemajuan elektronika yang merambah kealat musik dalam kemasan sintetis. Drum yang bunyinya gedabuk ...klotak .....crek-crek ....bisa dihasilkan secara simultan dan sinkron dengan gitar yang tidak pernah ada barangnya.

.....

Bayangkan nyanyi apapun embah putri dan mbah kung ini pasti merdu. Saya cuma bisa tepuk-tepuk sampil cari makanan dimeja.

 

Kera Ngalam, Sam Owonarp ....heheheheheh.... wong Malang suka walikan ... Pos dibalik jadi Sop, lha Sop dibalik jelas tumpah. Nggak percaya, silahkan dicoba dirumah ....

Mas RT Jalan Blewah, malam ini mendampingi sang isteri yang didaulat teman-teman jadi Host, ikut tarik suara.

Iyakan ...apa kata saya, nyanyi bisa solo tapi kalau takut ya ini ...triple. Mas Darto + mbakyu Darto nyanyi apa saya ya sudah lupa wong saya sibuk maem. Taruhan 100 Dollar US, mbakyu Guide itu paling tidak tahu kalau yang didampingi itu seorang Empu dari perguruan tinggi teknik terkenal dalam bidang gali-gali tanah.

Nah ternyata mbakyu Darto "tanduk" tapi tida bersama yang tadi, sekarang jadi duet.



Yu Titiek juga in action ...... Selamat Ulang Tahun mbakyu .....doa-doa yang baik dipanjatkan kehadirat Allah Yang Maha Esa ..... Aamiin.

Kalau ini sih mas Pranowo .......


Plok ....plok .....plok .....plok, tepuk Pramuka. Memang perlu merekam sang isteri sedang tarik suara, siapa tahu ketemu Talent Scout lalu dimasukkan dunia rekaman.

Last but not least .... mungkin semua masih ingat dengan lagu yang dialunkan dari ujung timur pulau Jawa ..... Jaran Goyang. Sekarang untuk bisa terkenal dengan menyanyi sudah tidak seperti dulu, dikuyo-kuyo oleh para Talent Scout sebelum bisa direkam suaranya dan diedarkan oleh Irama Record atau Remaco. Jaran Goyang konon kabarnya di-klik jutaan pemirsa dan dinyanyikan oleh semua orang yang tahu apa itu makna jaran goyang sanpai orang yang hanya tahu menyanyikan saja. Semua berkat akun terkenal ...youtube.

Nah, mbakyu menuk untuk mengenang suaminya (almarhum) menyanyikan lagu favoritnya ... The Wedding...Simak dan dengarkan lagu The Wedding nyanyian salah satu teman kita yang diberi karunia suara emas, KLIK DISINI...... untuk akses youtube. Ingat semakin banyak "klik" akan semakin terkenal mbakyu kita ini dengan The Wedding Song-nya.

Malam terus berjalan, mau tidak mau acara yang diselenggarakan harus usai. Sambil sibuk membawa beberapa bungkusan hadiah saya ikut arus teman-teman yang berjalan menuju lift untuk kembali ke-kamar masing-masing. Mulut saya "rengeng-rengeng" pelan, takut yang disebelah saya bertanya ... .......laopo koen iku mBoek....

Kemesraan ini
Janganlah cepat berlalu
Kemesraan ini
Inginku kenang selalu
Hatiku damai
Jiwaku tentram di samping mu
Hatiku damai
Jiwa ku tentram
Bersamamu

Untunglah masih ada hari esok dengan acara berwisata .... masih ada waktu untuk berkumpul lagi.

Selamat malam saudaraku .........








Sabtu, 10 September 2022

Menapakkan Kaki di Usia Senja Berharap Bersua Sahabat - Episode 3 - Tempat Kejadian Perkara

Bagi sebagian orang, berkumpul kembali setelah berpisah berpuluh tahun adalah sebuah kebahagiaan, tertawa bersama mengenang masa lalu. Banyak kisah-kisah antar sahabat diunggah dimedia sosial yang berjanji akan bertemu kembali disebuah tempat setelah sekian banyak tahun tidak berkumpul, Tidak sedikit bagi mereka-mereka saat berkumpul kembali merupakan ajang untuk pamer kesuksesan hidup. Sehingga ada sebagian orang yang tidak mau hadir hanya karena dia merasa kalau hidupnya tidak sukses seperti teman lainnya.  
 
 
Lepas Magribh waktu Solo, semua yang hadir berbondong menuju lantai dimana perhelatan re-uni 2022 ini akan diselenggarakan.

Karena masih dalam bulan kemerdekaan, Agustus, maka nuansa merah putih ditekankan kepada setiap yang hadir. namun tentu saja tidak mengikat dan harus, apalagi disertai penalti .......

Pembagian masker merah putih kepada para peserta dilakukan dibagian penerima tamu yang sebenarnya juga tamu. Mas Sulhan yang dipercaya sebagai Ketua Seksi Sibuk selalu siap dan setiap saat memberi briefing saat olah TKP.   

Absen dulu ....absen dulu ..... saya juga tidak tahu mengapa mbakyu Lien dan mbakyu Giok Piet disetiap re-uni selalu duduk berdua dimeja terima tamu.

Sekedar kilas balik:

Jadi Penerima tamu tahun 2017 ( masih belia ....)

Penerima tamu ditahun 2018 ( masih remaja ....)

Sebelum acara dimulai, makan malam dulu ..... volume makanan melimpah ruah ... hati-hati sudah sepuh jangan terlalu bersemangat....comot sana-sini nanti ekornya sakit didalam kamar.

Hehehehehe....untungnya menu yang dihidangkan bersahabat dengan usia yang hadir, tapi untuk saya, kata mas Sulhan, ....not for Omponger friendly .... cilakak.

Ibu Host, mbakyu Juni bersama mas Ketua diinterupsi mbakyu Menuk, suasana merah ...tapi ingat lho bukan karena di Solo lalu merah diartikan dengan salah satu kontestan politik ... bukan,,, merah is our flag.

Terharu juga saya melihat teman putri yang didampingi putranya, naik mobil dari Jakarta untuk dapat hadir diantara teman -teman lama. mBak Niniek masih menggunakan kursi roda karena betisnya belum sembuh dari dilepas arterinya untuk operasi bypass jantung.

Iyaaakkk....beberapa wartawan tanpa koran melakukan wawancara pribadi...heheheheh

Supaya makan malam netral dulu dicerna perut, maka nyanyi dulu .... hymne pinisepuh.....

Supaya perhelatan ini di=rachmati Allah, maka seperti biasa, mas Yakoep ditunjuk untuk memanjatkan doa kehadirat Allah yang Maha Kuasa.

Pak Ketua Panitya memberikan Sekapur Sirih sementara saya tidak tahu itu mbakyu Piet sedang apa.

Meskipun bukan pejabat setingkat Eselon 1, tetapi mbakyu Juni adalah Hoster, jadi ya harus memberikan ucapan selamat datang ... mohon maaf dan sebangsanya yang umum sudah bisa diramal urutan pidatonya.... hahahahaha....

Akhirnya mas Songko, Pak Lurah Paguyuban "seumur hidup" memberikan wejangan yang harus didengar oleh se-antero rahayatnya.

Ini mungkin nyanyi, ya ... lha dua-duanya pegang kertas... kan tidak mungkin kalau itu kertas naskah Proklamasi atau kertas SK Pensiun....



Betul kan, ....nyanyi ....paling nyanyinya itu ya yang ringan-ringan ...sebangsa dengan nyanyian Potong bebek angsa .....


Crita sana crita sini ... wis pokoke gayeng bin seneng




Mendekati akhir acara, semua turun bersama melantai dengan alunan musik sambil nyanyi .....

Hehehehehe ...... to be continued . Episode lanjut saya akan bercerita tentang masalah ...Bakat-bakat terpendam yang ada dikalangan bekas siswa SMPN 1 Jombang ini.

Daaaaaggggg ( lha turunan Belanda...)

Kamis, 08 September 2022

Menapakkan Kaki di Usia Senja Berharap Bersua Sahabat - Episode 2 - Menjelang berkumpul



Bagi sebagian orang, berkumpul kembali setelah berpisah berpuluh tahun adalah sebuah kebahagiaan, tertawa bersama mengenang masa lalu. Banyak kisah-kisah antar sahabat diunggah dimedia sosial yang berjanji akan bertemu kembali disebuah tempat setelah sekian banyak tahun tidak berkumpul, Tidak sedikit bagi mereka-mereka saat berkumpul kembali merupakan ajang untuk pamer kesuksesan hidup. Sehingga ada sebagian orang yang tidak mau hadir hanya karena dia merasa kalau hidupnya tidak sukses seperti teman lainnya.

Belum baca cerita saya yang episode 1 ? Silahkan Klik disini

Meskipun sudah lewat siang hari dan cenderung mendekati sore hari, namun saya merasa masih banyak waktu untuk menikmati kota Solo dengan angkutan kotanya. Turun dari bus antar kota saya masuk kedalam terminal sekedar ingin tahu perubahan yang ada setelah sekian tahun saya tidak singgah disini.

Komentar saya cuma satu,…. luar biasa ….. perubahan terminal Tirtonadi ini. Sekedar nostalgia, berpuluh tahun yang lalu hampir selama satu semester saya selalu duduk manis di terminal ini saat pagi hari menjelang Subuh. Dari Surabaya saya berangkat ke Solo sekitar jam 23.30. Sampai Tirtonadi saya kekamar kecil, cuci muka dan lain sebagainya untuk menunggu pagi naik bus Rajawali jurusan Semarang. Karena saya harus memberi tutorial pembelajaran kadang di PLN Boyolali, kadang di Gardu Induk Sutet PLN di Ungaran. Ada pengalaman lucu waktu terkantuk-kantuk selesai dari kamar kecil dan masih harus menungguy bus Rajawali masuk shelter. Saya didekati seorang laki-laki sambil berkata:”Mas, mari saya antar ke hotel sebelah, banyak pilihan, masih baru-baru.” Saya berpikir, apapula maksud orang ini, setelah telat mikir beberapa saat, saya baru “ngeh” maksudnya. Saya jawab:”Maaf dik, saya tidak punya uang”. Sambil melihat saya laki-laki itu pergi menjauh …… ampuuun.

Ada juga pengalaman lain saat memberi tutorial di Departemen Metrologi, kebetulan ada pegawai yang baru saja menerima “besluit”dari Sinuwun Raja Surakarta, Yang bersangkutan diangkat menjadi Abdi Dalem dan diberi gelar Raden. Bercerita pada saya sebelum sesi tutorial dimulai, salah satunya adalah asal mula Tengkleng. Saya jadi maklum dan mengerti apa dan bagaimana sebenarnya makanan Tengkleng itu. Berbeda jauh dengan Tengkleng-Tengkleng yang banyak dijual. Wahhhh kok jadi nglantur… 
Masuk kedalam terminal, bersih tapi sepi, beberapa Petugas berada diposnya masing-masing. Saya melihat ada gerbang yang menuju jembatan penghubung ke stasiun kereta api Solo Balapan. Jadi penumpang KA kalau mau ganti naik bus tidak perlu naik becak, cukup jalan kaki menuju Tirtonadi, demikian pula sebaliknya.

Berbekal informasi dari internet saya bergegas mencari pemberhentian bus Batik koridor 6, karena saya mau ke Solo Baru. Seorang laki-laki menghampiri dan menanyakan tujuan saya, Saya jawab mau ke Solo Baru ingin naik bus Batrik. Info dari sang lelaki itu cukup mengejutkan, katanya tidak ada itu Batik Koridor 6, pakai taxi saya saja. Lah ini dia, perjuangan dimulai, dengan mengatakan bahwa saya tetap akan naik bus Batik …… Ora ono mbah, bus Batik nyang Solo Baru iku ora ono, wis ta percaya……
Lha wong di Myanmar saja saya tidak kesasar, mosok di Solo mau kesasar.  
 
Kalau sudah biasa, turun dari bus antar kota mau ke shelter bus Batik bisa jalan seperti ibu-ibu itu, asal tidak ketahuan Satpam.
 

Setelah berhasil menemukan jalan keluar dan bebas dari provokasi pengemudi taxi saya sampai di Shelter Batik.


Bus Batik, bus ukuran sedang siap mengangkut penumpang dengan tujuan sesuai Koridor.

 

Bus dengan berbagai kombinasi cantik yang menyegarkan pandangan.

Ini dia yang membuat saya hampir jatuh terpelesat karena terkejut, sebuah Angkot maju dan berhenti di Shelter. Bukan sembarang Angkot tetapi Angkot dengan cat batik, Angkot dalam armada angkutan Batik. Lama saya ternganga melihat pemandangan ini. Inovasi transportasi apa yang sedang dijalankan oleh Pak Wali bersama Ka Dinas Perhubungannya. Saya jadi ingat bagaimana Angkot di Jombang jadi kolaps karena sepeda motor yang boleh diangsur pembeliannya. Dulu orang menunggu Angkot, sekarang Angkot mencari penumpang. Kondisi serupa terjadi juga di Surabaya. Mungkin dengan cara seperti di Solo ini, pengemudi Angkot mendapatkan penghasilan meskipun Angkotnya kosong asal berjalan sesuai koridor. Saya berharap ada kesempatan lagi ke Solo untuk sekedar omong-omong dengan mereka.......

Akhirnya bus Batik Koridor 6 warna biru jurusan Tirtonadi - Solo Baru menghampiri Shelter.

Dipintu masuk, diatas dashboard ada perangkat "Taping" eMoney. Saya melakukan taping dengan karti Brizi .... ngik.... berarti sukses akses dan saya masuk bus yang dingin dan duduk dibelakang.

Dalam perjalanan saya mengamati setiap penumpang yang masuk, ternyata tidak semua melakuikan "taping", nyelonong masuk dan duduk. Mas Pengemudi juga tidak menegur atau memberi peringatan apa-apa. Lhoooo huenak tenan.........hehehehehe.(dalam kesempatan kemudian, saya baru tahu kalau emoney saya tidak berkurang saldonya, Maturnuwun Pak Wali...maturnuwun sanget.)


Turun bus lewat tangga sederhana, tidak seperti yang saya lihat ditempat saya, ada shelter mewah tapi bis-nya tidak ada.

Hati-hati, tapi kelihatannya stabil, kok.

Kadang juga bertemu dengan sekeluarga meskipun beda warna. Tentunya karena berbeda koridor.

Dalam perjalanan saya selalu mengamati Google Map, supaya tidak salah turun, dan kelihatannya memang saya harus turun di Halte Taman.

Ternyata saya adalah orang terakhir yang melakukan check in. Selamat sore sahabat-sahabatku.