Kamis, 14 Maret 2019

Mausoleum Ho Chi Minh di Hanoi

Mausoleum merupakan bangunan berdiri bebas eksternal yang dibangun sebagai monumen yang melampirkan ruang interasi atau ruang pemakaman orang atau mendiang. Sebuah monumen tanpa peringatan adalah Cenotaph.
Mausoleum Ho Chi Minh dibangun untuk menyimpan jenazah presiden pertama Vietnam Utara, Ho Chi Minh. Jenazah Ho Chi Minh yang sudah diawetkan diletakkan di dalam, Sarkofagus kaca pada bagian utama dari bangunan ini. Monumen makam ini dibangun untuk mengenang jasa Ho Chi Minh dan supaya dia dapat menyaksikan penyatuan kembali Vietnam. Dengan mengawetkan jenazahnya, generasi berikutnya dapat terus melihat dan mengenang perjuangan Ho Chi Minh. Antrian panjang mencapai ratusan meter dapat dilihat setiap harinya di halaman depan mausoleum ini. Pengunjung yang datang dapat memberikan penghormatan selama lima menit, namun tidak diperbolehkan mengambil foto dan berbicara .... hehehehe... saya kutip dari Wikipedia. 


Pagi-pagi setelah sarapan saya check out dari hotel tempat saya menginap semalam, kembali backpack seberat 5 Kg. bertengger dipunggung saya dan berjalan menyusuri danau Hoan Kiem menuju pemberhentian Bo Ho menunggu Bus Kota 09.

Bus Kota 09 dari tepi Hoan Kiem, pemberhentian Bo Ho.

Sepi....hehehe...tapi di Hanoi tidak ada istilah "ngetem". Waktu berangkat ya berangkat.

Pemberhentian Bus Kota 09 paling dekat dengan Mausoleum.

Dekat pemberhentian Bus Kota ada komputer multi media 
yang memberikan penjelasan masalah mausoleum Ho Chi Minh.

Regulasi atau peraturan yang harus di patuhi oleh pengunjung. 
Saya sendiri sudah bawa jas hitam biar kelihatan keren dan pakai sepatu.


Situasi lingkungan mausoleum sudah tidak seperti beberapa tahun yang lalu, kelihatannya sekarang terjadi restorasi besar-besaran. Beberapa tempat yang dulu mudah dilewati sekarang ditutup. beberapa lokasi ada penjaganya.


Bangunan mausoleum ini dulu terlihat megah dari jalan besar, sekarang tidak kelihatan lagi. 
Untuk menuju bangunan ini harus melewati penjaga karena lingkungan ini sendiri sebenarnya steril. 
Mausoleum Ho Chi Minh ini dibangun untuk menyimpan jenazah presiden pertama Vietnam Utara, Ho Chi Minh. Jenazah Ho Chi Minh sendiri diawetkan seperti mumi diberi pakaian kebesaran dan dibaringkan di dalam Sarkofagus yang dibuat dari kaca diletakkan pada bagian utama dari bangunan ini. Monumen makam ini dibangun untuk mengenang jasa Ho Chi Minh dan supaya dia dapat menyaksikan penyatuan kembali Vietnam. Dengan mengawetkan jenazahnya, generasi berikutnya dapat terus melihat dan mengenang perjuangan Ho Chi Minh. Dari literatur lain yang saya baca, Ho Chi Minh sendiri menghendaki jenasahnya dibakar dan abunya ditebar di laut. Namun kelihatannya negara berkehendak lain. Setiap tahun dalam bulan tertentu, mumi Ho Chi Minh dibawa ke Rusia untuk mengalami perbaikan. Setiap hari antrian panjang mencapai ratusan meter dapat dilihat setiap harinya di halaman depan mausoleum ini. Pengunjung yang datang dapat memberikan penghormatan selama lima menit


Barisan pengunjung yang antri untuk masuk Mausoleum sangat panjang terdiri dari para pendatang, orang lokal dan murid-murid sekolah.

Antrian mulai dari halaman utama Mausoleum.

Meng-ular memenuhi halaman komplek Mausoleum


Sampai pedestarian diluar halaman komplek



Melihat panjangnya barisan dan melihat barisan yang stagnan tidak bergerak, saya putuskan untuk tidak usah ikut berkunjung melihat mumi paman Ho. Menyesal juga, karena kunjungan pertama dulu saya di suruh keluar oleh penjaga karena pakai sandal dan celana pendek.


Dihalaman komplek terdapat sebuah bangunan pertunjukan Wayang Air (Water Pupet) yang mengisahkan perjuangan Ho Chi Minh dan sebuah bangunan Museum Ho Chi Minh.


Masuk Museum-pun ngantri juga. Kebanyakan yang berkunjung adalah turis yang dipandu oleh Tour Guide Lokal. Kalau nemu penjelasan dalam bahasa Inggris, saya berhenti sebentar untuk ikut-ikut mendengarkan .... hehehehe...penjelasan gratis. Berbeda dengan Thailand, Vietnam masih belum sebagai destinasi wisata bangsa Indonesia. Mungkin karena tidak ada tempat belanja yang megah.

Ternyata tidak gratis .... beli tiket dulu VND 40.000,-










Seperti dimanapun, di jalan keluar pasti ada tempat belanja souvenir.

Didalam komplek terdapat yang disebut sebagai One Pilar Pagoda.
Sebuah Pagoda yang juga menjadi ikon kota Hanoi.


Lah.....penjual souvenir lagi...

Yang lokasinya dekat dengan bangunan Mausoleum.



Menurut cerita rakyat, suatu saat di Vietnam hujan lebat beberapa hari sehingga membuat banjir menenggelamkan rumah dan tanah penduduk.
Disela kesedihan rakyat, turun seorang dewi dari langit. Sang dewi mengenakan topi raksasa terbuat dari daun yang dijahit. Karena sangat besarnya maka topi itu mampu melindungi rakyat desa tersebut dari hujan. Sehingga kehidupan menjadi normal, pendududk dapat bekerja dan bercocok tanam.
Setelah sang dewi pergi, penduduk desa itu membangun sebuah kuil sebagai penghormatan pada sang dewi.
Suatau saat penduduk desa pergi ke hutan dan menemukan daun yang mirip dengan daun pada topi yang dikenakan sang dewi di kepalanya.
Kemudian, mereka menempelkan daun-daun itu pada kerangka bambu sehingga menjadi topi kerucut yang disebut Non La.


Non La kecil yang dibeli di toko souvenir Museum HCM. 
Sebagai catatan, Non La ini selamat sampai Jombang tanpa rusak sedikitpun..... hehehe... wong beli Caping saja kok ya di Hanoi...




Akhirnya....ayo keluar dan meneruskan perjalanan.

Backpackers Note's kali ini:
Kalau ingin berkunjung ke-sini dan ingin melihat paman Ho, datang pagi-pagi.



Selasa, 12 Maret 2019

Mengunjungi Danau Hoan Kiem - Ho Hoan Kiem

Old Quarter Hanoi ditepi "Danau Pedang yang Kembali"), akhirnya berkembang menjadi tujuan para pelancong saat berkunjung ke Hanoi. Lebih-lebih para Backpackers, maka Old Quarter merupakan persinggahan utama bagi mereka. Dan danau ini merupakan salah satu tempat menarik di tengah kota dan menjadi sebuah titik pusat keramaian bagi masyarakatnya. 
Menurut Wikipedia ....heehehe .... 

Awal 1428, Kaisar Le Loi berperahu di danau, kemudian Dewa Kura-kura Emas Kim Qui muncul dan meminta pedang saktinya.Pedang pemberian Raja Naga (Long Vương) beberapa waktu sebelumnya, digunakan untuk memberontak melawan Dinasti Ming (Tiongkok). Di kemudian hari, cô Lợi mengembalikan pedang itu kepada kura-kura tersebut setelah ia selesai melawan Tiongkok. Nama pertama danau Hoàn Kiếm adalah Tả Vọng, yaitu saat Raja belum memberikan pedang saktinya kepada Dewa Kura-kura Emas......... ayo baca sendiri ....





Dibagian utara danau ada sebuah pulau yang dinamakan Pulau Jade tempat Kuil Gunung Jade (Kuil Ngoc Son) berdiri. Kuil ini didirikan pada abad ke-18, untuk menghormati pemimpin militer abad ke-13 Tran Hung Dao yang berperang melawan Dinasti Yuan. Pulau Jade dihubungkan ke tepi danau dengan jembatan dari kayu yang dicat merah. Jembatan ini dinamakan The Huc yang artinya Jembatan Sinar Matahari Pagi  

 Jembatan Sinar Matahari Pagi dibelakan saya, menghubungkan tepi danau dengan Pulau Jade

Taman bunga ditepi danau sebelum masuk gerbang Pulau Jade. 
Iklim Vietnam Utara di Hanoi membuat bunga tumbuh dengan indah.

Menara Pen, sebelum jembatan penghubung. 
Ada kolam kecil yang di-ibaratkan sebagai tempat tinta untuk menulis. 
Terdapat tulisan “Ta Thien Thanh” yang berarti “Tulis di langit biru”

Sebelum masuk, beli tiket dulu. Harga tiket berbeda untuk warga lokal dan warga asing. Wajah lokal kita (rata-rata orang Vietnam sama dengan kita), hampir saja menguntungkan, karena saya diberi tiket untuk warga lokal. Namun karena saya berbicara bahasa Inggris akhirnya tiket diganti menjadi seperti ini:

Harga tiket untuk warga asing 30.000,- Vietnam Dong


Dac Nguyet Lau atau Moon Welcome Gate
Mejeng diatas jembatan The Huc, Jembatan Sinar Matahari Pagi 
meskipun saya berkunjung di sore hari.

Karena malam ini menginap di hotel, 
maka punggung saya terbebas dari ransel backpack yang beratnya 5 Kg.


Gerbang-gerbang yang penuh makna. 
Masing-masing memiliki arti sesuai dengan keyakinan pembuatnya.






 Temple of the Jade Mountain atau dalam bahasa Vietnam: Đền Ngọc Sơn. 
Para peziarah yang ingin berdoa bercampur dengan pendatang yang hanya 
mengagumi dan melihat keindahan lokasi.


Ruang utama Temple of the Jade Mountain atau Đền Ngọc Sơn tempat menghormati para leluhur. 


Dari catatan yang berhasil saya kumpulkan, pada tanggal 2 Juni 1967, sebuah perusahaan makanan di Hanoi menangkap seekor kura-kura besar di danau Hoan Kiem.
Kura-kura itu memiliki berat sekitar 200 kg dan panjang sekitar 2 meter. Perusahaan itu menawarkan  daging kura-kura tersebut, tetapi Komite Rakyat Hanoi dan walikota marah dan menghentikan maksud pengusaha tersebut.
Namun kura-kura itu  mati karena luka yang diakibatkan oleh jaring nelayan dan ada kabar bahwa kura-kura tersebut dipukul dengan logam supaya dapat ditarik ke perahu.
Akhirnya kura-kura tersebut diawetkan dan ditempatkan di Ngoc Son Temple pada sisi kiri ruang utama.






Ternyata buah betul ....nggandul....bukan cantolan atau plastik busa dicat kuning.






Duduk santai di tepi telaga sambil memandang  berdidrinta Thap Rua.
 
The Turtle Tower atau Menara Kura-kura yang dalam bahasa Vietnam disebut dengan Thap Rua. Konon menara ini  dibangun guna memperingati kembalinya pedang Thua Thien ke dasar danau oleh kura-kura raksasa.  


 Kemanapun jangan lupa menandai lokasi-lokasi WC umum......hehehehe...


Backpakers Note's:
Terlalu pagi masuk bandara Noi Bai ? cek in hotel masih nanti jam 14.00 ?
Naik Bus Kota 07 sampai habis trayeknya (penumpang turun semua) ...ganti Bus Kota 09 sampai habis...bis.....itulah Hoan Kiem.
Pengalaman saya Bus Kota 07 di Bandara tidak berhenti, cuma lewat....berhenti ....silahkan naik. Jangan lupa VND 8.000,-