Jumat, 10 Januari 2020

Dari Bangkok ke Kuala Lumpur lewat Hat Jay Bagian 2

Stasiun Hat Jay saat ini kelihatannya benar-benar dilindungi dan dalam kodisi siaga, saya tidak berani bertanya macam-macam termasuk memotret cuma melihat situasinya saja. Untuk masuk kedalam lobi penjualan tiket semua barang dan orang diperiksa layaknya di bandara. Tas dan barang bawaan lain harus masuk lorong scanner sinar X, sementara orang nya masuk melewati gerbang pemindai juga.

Di loket Informasi saya bertanya, mengapa kereta api yang menuju Kuala Lumpur tidak ada pada daftar keberangkatan ? Petugas memberi penjelasan kalau kereta api Hat Jay menuju Kuala Lumpur sudah lama tidak berjalan.


Sebagai gantinya nanti jam 14.00 akan berangkat komuter milik SRT yang menuju Padang Besar. Padang Besar adalah stasiun perbatasan dimana penumpang kereta api akan melewati pemeriksaan imigrasi antar dua negara. Dari Padang Besar akan ada komuter lagi milik KTM yang menuju Butterworth.

 Distasiun Hat Jay saat ini disediakan hotel, termasuk didalamnya ada juga dormitory-nya. Dormitory adalah kamar didalamnya terdapat beberapa tempat tidur, dalam satu kamar bisa saja terdapat 10 tempat tidur.  Dormitory sangat disukai Backpacker, karena sewanya sangat murah, cukup lumayan untuk beristirahat dan tidur.


Butterworth adalah stasiun Penang yang ada di daratan Semenanjung Malaysia. Termenung juga saya mendengar jawaban petugas informasi itu. Yang saya takutkan adalah, apakah kedua komuter itu memang berhubungan atau memilik jadwal sendiri-sendiri. Kalau nanti sampai di Padang Besar lalu komuter KTM sudah tidak ada, bisa tidur di kota itu.

Kenangan saat masih ada kereta api lanjutan dari Hat Jay menuju Kuala Lumpur Sentral.
Kereta api berangkat dari Hat Jay jam 16.00 dan masuk KL Sentral masih pagi sekali. 

Seandainya bisa sampai Butterworth saya bisa melanjutkan perjalanan ke Kuala Lumpur dengan bus, sebab stasiun Butterworth satu halaman dengan terminal bus Penang. Tarif bus Butterworth ke Kuala Lumpur cuma 25 Ringgit, sementara kalau naik kereta api taripnya 79 Ringgit. Di Malaysia saat ini tarip kereta api sangat mahal, sudah jauh berbeda dengan situasi beberapa tahun yang lalu.

Akhirnya saya putuskan untuk menutup petualangan ini dengan naik bus saja. Bus Hat Jay menuju Kuala Lumpur via imigrasi Sadao. Didepan stasiun Hat Jay banyak agen-agen perjalanan yang juga menjual tiket bus tujuan Kuala Lumpur. Namun saran saya, sebaiknya membeli tiket langsung dari agen bus yang bersangkutan.


Dari depan stasiun silahkan jalan kaki menelusuri jalan besar sampai terlihat mall besar, Odean Shopping Mall. 
Berhenti di per-empatan, tengok kekanan, di ujung jalan yang mengarah kekanan ada bank CIMB Thai. Silahkan belok kanan jalan sampai bank CIMB lalu belok kiri, nah silahkan pilih, disini letak agen-agen primer dari berbagai macam bus tujuan kemanapun termasuk ke Kuala Lumpur.

 Untuk membeli tiket bus, menunjukan paspor adalah sarat yang harus dipenuhi.

Jalan-jalan lihat-lihat mall di kota Hat Jay sambil menunggu pemberangkatan bus.

Ngirit .....heheheh....uang Bath habis.


Akhirnya jam 19.00 bus berangkat meninggalkan Hat Jay menuju TBS Kuala Lumpur.

 Interior bus dengan tarip 600 Bath.

Tujuan Kuala Lumpur dengan beberapa pemberhentian, umpamanya ada penawaran berhenti di KL Sentral atau pemberhentian-pemberhentian yang lain. Namun saya sarankan untuk tetap memilih pemberhentian akhir, yaitu Terminal Bersepadu Selatan. Sebab ini adalah terminal bus yang sangat besar dan didalamnya cukup aman serta tersedia area istirahat yang cukup luas. Interkoneksi ke bandara, interkoneksi ke tengah kota tersedia lengkap mulai bus sampai MRT dan Kereta Api KTM.
Bus melaju menuju kota paling ujung dari Hat Jay, Sadao, Danok. Penumpang bus turun dan antri di Imigrasi sadado untuk mendapatkan stempel exit dari negera Thailand. Kemudian naik bus lagi dan bus masuk kedalam imigrasi Malaysia, Bukit Kayu Itam. Dulu antara imigrasi Sadao dan imigrasi Kayu Bukit Itam terbuka, sekarang sudah ada lorong dengan atap diatasnya. Apabila urusan kita terlalu lama dan ditinggal bus, banyak taxi yang parkir diluar gedung imigrasi. Setelah urusan dengan imigrasi Malaysia selesai, bus keluar dan berhenti disebuah kompleh rumah makan. Karena setelah ini bus tidak akan berhenti lagi, ini merupakan ksempatan untuk menuju "Bilik Air" atau "Tandas" untuk sekedar buang air atau membasuh muka.


Pagi-pagi bus sudah masuk Terminal Bersepadu Selatan, sebuah terminal bus yang besar di Kuala Lumpur.

 Untuk menuju ke kota lain, termasuk ke Singapur silahkan antri tiket dan pilih bis di loket ini.

 Jangan lupa di Malaysia kalau pesan teh, maka yang datang adalah teh tarik. kalau pesan kopi maka yang datang adalah kopi three in one. Jadi kalau ingin teh seperti yang saya minum ini harus mengatakan "Teh-O" termasuk juga kopi hitam adalah "Kopi-O".

Terdapat lorong tertutup menuju stasiun kereta api dan MRT.

Saya naik kereta api komuter dari TBS menuju KL Sentral. Jangan lupa, dalam rangkaian kereta terdapat gerbong khusus wanita, laki-laki dilarang naik kecuali anak laki-laki yang ikut ibunya. namun dalam gerbong umum, wanita juga boleh naik, bukan monopoli laki-laki. Saat ini untuk naik komuter KTM ini, penumpang harus memiliki kartu pass. Harga kartu pass paling murah 10 Ringgit, dengan harga kartu 3 Ringgit dan sisanya yang 7 Ringgit adalah deposit. Saat ini saya masih menyimpan deposit 4 Ringgit 10 Sen. jadi untuk 2 kartu pass masih ada deposit 8 Ringgit 20 Sen.

Belum baca cerita saya yang Bagian 1 ? Klik disini
.


.
.

Rabu, 08 Januari 2020

Dari Bangkok ke Kuala Lumpur lewat Hat Jay (Bag. 1)

Seperti bertahun yang lalu, saya pernah naik kereta api secara bersambung dari Bangkok sampai Kuala Lumpur. Namun entah siapa yang melakukan pembatasan, kereta api langsung Bangkok – Kuala lumpur dengan transit di hat jay saat ini tidak ada.

Kereta api dari Udon Thani yang saya tumpangi pagi-pagi sudah masuk stasiun Hualamphong Bangkok. Bagi Backpackers seperti saya, fasilitas di Hualamphong cukup memadai, maksud saya tidak terlalu menguras kantong untuk kehidupan dasar ……hehehehe….
Dengan membayar 10 Bath sudah ada ruang untuk mandi, meskipun dari jenis shower dan dinginnya cukup sampai masuk tulang. Tapi untuk mata yang mengantuk sangat amat menyegarkan.

 Stasiun Kereta Api Bangkok - Hualamphong.

 Tuk-Tuk berwarna-warni parkir didepan stasiu

bagian dalam stasiun, luas sekali dengan deretan loket untuk membeli tiket.
Masih banyak penduduk kota besar Bangkok yang konvensional lebih memilih duduk bersila di lantai dari pada duduk di kursi


 Sebuah pemandangan yang mengesankan bagi saya, pemandangan yang tak lekang oleh pergantian Raja, pemandangan yang tak lekang oleh pergantian Perdana Menteri. Yaitu sehari dua kali, pagi dan sore, secara nasional dikumandangkan lagu kebangsaan Thailand. Seluruh kegiatan rutin berhenti, semua orang berdiri dan khidmat mendengarkan. Sebuah pembelajaran bagi generasi untuk cinta tanah air dan pemimpinnya.

Sebagai Foreighner, sebelum membeli tiket, sebaiknya menuju ke bagian "INFORMATION" lebih dahulu untuk mengkonfirmasi tempat duduk yang tersedia. Dalam rangkaian kereta umumnya kelas dua dan gerbong sleeper menjadi rebutan penumpang. Yang selalu tersisa banyak adalah gerbong kelas tiga dengan tempat dduduk yang keras.
Food Court di Stasiun Hualamphong

Terdapat Food Court yang tentu saja jauh lebih murah dari pada harus masuk kedalam café atau restaurant yang juga bertebaran di dalam area stasiun Hualamphong. Sambil menunggu kereta lanjutan, didepan stasiun ada pemberghentian bus kota yang mengantarkan kita mau belanja ke MBK atau mau rekreasi jke beberapa tempat standar tujuan Thailand-Bangkok. Dengan tujuan sama, bus kota ada dua macam, bus dengan fasilitas airconditioner atau bus kota dengan fasilitas cukup angin dari jendela. Tarifnya berbeda cukup jauh karena bus dengan pendingin adalah milik swasta sedangkan bus tanpa pendingin milik pemerintah. Tentu saja saya kalau naik ya milih yang tanpa pendingin, tujuannya disamping murah dapat berinteraksi dengan kalangan rakyat di Bangkok.

 Karena kereta api ke Hat Jay masih beberapa jam lagi, saya sempat dolan ke MBK naik bus kota yang murah dari depan stasiun Hualamphong.

 Memecah kemacetan jalan di Bangkok. Saya pernah baca (kalau tidak salah), Pengemudi dan Kondektur bus kota milik pemerintah adalah Pasutri.

Mereka akan menyapa kita, karena wajah yang identik dengan penduduk asli. Saya cuma busa tersenyum dan mengatakan kalau saya orang Indonesia. Kadang ada yang tanya, dimana Indonesia, saya cukup menyebut Soekarno dan mereka paham. Mereka tahu kalau di Thailand ada Asam Jawa dan Enceng Gondok pemberian Presiden Soekarno. Apa lagi saat ini di museum lilin Madame Tasaud Bangkok ada patung lilin Soekarno, presiden pertama NKRI.
 
Di stasiun Hualamphong ini, bertahun yang lalu saya pernah menemui rangkaian kereta api wisata yang terkenal di dunia, Orien Express, sebuah rangkaian hotel bintang lima yang berjalan diatas rel.


Sesuai Jadwal seperti yang tertera di daftar perjalanan kereta api State Railway of Thailand, jam 15.35 waktu Bangkok yang sama dengan waktu Indonesia Barat, kereta api yang saya tumpangi meninggalkan stasiun Hualamphong.

Kereta api yang akan membawa saya dari Bangkok menuju Hat Jay. Gerbong yang saya tumpangi adalah gerbong kelas dua dengan tarip 456 Bath.

 Meskipun sedikit terlambat dari jadwal jam 09.15, kereta api sampai juga di kota besar bagian selatan Thailand, Hat Jay.  

 Berarti saya sudah duduk diatas kereta api selama kira-kira 19 jam. Sebuah perjalanan yang panjang juga. Masuk stasiun Hat Jay situasinya agak mengerikan (sehingga saya tidak berani mengambil gambar). Peron stasiun dijaga ketat oleh angkatan darat Thailand dengan kondisi siaga, senapan laras panjang plus pistol melengkapi kesiagaan mereka. Saya ingin mencari toilet tidak sempat karena dihalau diminta cepat meninggalkan peron stasiun. Dekat dengan pintu keluar ada toilet dan sebuah cafe, yang bisa membuat badan saya kembali segar setelah secangkir kopi panas masuk tenggorokan.
Padahal saya berharap, seperti di stasiun Hualamphong, ada fasilitas shower untuk mandi.

Lanjutannya Klik disini