Rabu, 14 Desember 2016

Wisata Lava Merapi (yang bukan wisata)



Lanjutan dari cerita saya ini sebenarnya bukan merupakan wisata, meskipun dikemas dalam bentuk satu paket dengan nama Lava Merapi. Namun lebih cenderung ke-arah mawas diri, introspeksi diri untuk mengenang para korban Merapi saat terjadinya erupsi Merapi. Percaya dengan kebesaran Allah dalam mentakdirkan ciptaannya, dan sebagai manusia kita hanya dapat berdoa, meminta untuk dijauhkan dari sesuatu yang membahayakan.

Kesempatan untuk berkunjung ke Museum Alam, saya sebut sebagai museum alam karena memang museum ini merupakan jejak peninggalan yang ada di ruang terbuka saat terjadinya erupsi Merapi ditahun 2010.

 Perjalanan kembali di-ulang dengan menggunakan Jeep Off Road, dan badan kembali diguncang seperti kalau kita mengocok buah didalam mesin Blender.

Selamat Datang Di (Bekas) Rumah mBah Lurah Petung, sebelum pintu masuk kedalam komplek (bekas) rumah mbah Lurah Petung, disekitar halaman saya melihat bekas-bekas bangunan yang pernah dilanda oleh material erupsi gunung Merapi.


Masuk kawasan rumah mbah Lurah, inilah bangunan yang pertama saya lihat.....


Tempat yang dahulunya digunakan untuk ruang pertemuan, tinggal puing-puing kayu meskipun masih berbentu seperti asalnya

Namun hampir 100% berubah menjadi arang, dapat dibayangkan saat itu berapa derajad Celcius suhu yang menerjang rumah ini.







 

Dengan hati yang sedih, beranjak juga saya untuk meninggalkan pandangan yang memilukan ini. Semoga mereka yang juga berkunjung ditempat ini dapat mengambil pelajaran tentang alam, tentang manusia, tentang kehidupan dan semua yang menjadi ciptaanNya. 

Jeep sudah menanti didepan, menyiapkan kembali stamina untuk perjalanan terakhir sebelum kembali ke Bus Wisata yang mewah.

Untuk yang belum mengikuti cerita saya yang pertama, silahkan klik: di sini

Wisata Lereng Merapi Pasca Erupsi

Cerita yang pertama:
Kali ini saya tidak bercerita tentang bagaimana cara mencapai sebuah lokasi tujuan dari lokasi asal. Tetapi bercerita tentang pengalaman saya setelah berada ditempat lokasi tujuan, dengan maksud membagi informasi sehingga tidak ada lagi teman yang saat berada ditempat seperti saya menjadi tidak siap. Sebab kadang jarang sekali Travel Biro tempat kita ikut berwisata kurang atau tidak member informasi yang jelas tentang apa yang harus kita sediakan atau kita perbuat.
Gunung Merapi di Jawa Tengah menjadi sangat terkenal setelah terjadi erupsi dipenghujung tahun 2010 dan dengan meninggalnya Raden Ngabehi Surakso Hargo atau yang lebih dikenal dengan nama mBah Maridjan dirumahnya dibulan Oktober 2010, karena memang beliau tidak ingin meninggalkan rumah sesuai dengan jabatannya sebagai Abdi Dalem Keraton untuk menjaga lingkungan gunung Merapi. 



Bus Wisata yang membawa saya tidak dapat langsung berada di tempat tujuan, tetapi parkir jauh dari lokasi tujuan. Sebagai transportasi lanjut digunakan berbagai macam kendaraan Off Road 4 x 4 dengan mesin yang cukup handal.



Jangan harap ada lengan kekar ikut membantu naik, mendukung kita, tertapi ya...silahkan sendiri memanjat foot step jenis mobil Perang Dunia ke-dua dan...hooppplaaa....sampai juga....


Kendaraan jenis General Purpose dengan penggerak roda depan dan belakang mengambil alih fungsi bus wisata yang empuk tidak menyakitkan serta bertempat duduk ergonomis itu menjadi segalanya yang benar-benar berantakan. Namun ada semacam kenikmatan dan sedikit rasa petualangan, kelihatannya memang inilah yang ditawarkan oleh pihak penyelenggara Wisara Lereng Merapi.

Berakhir sudah untuk sementara penderitaan pantat dan punggung diguncang oleh kendaraan dan jalanan yang jauh dari mulus......

Disambut oleh peringatan yang membuat mereka yang suka Selfie harus extra hati-hati.


Nun jauh didasar tebing, terhampar berkah dan rejeki limpahan Allah setelah terjadinya erupsi gunung yang sangat menyakitkan ..... tambang pasir yang sudah 6 tahun belum kunjung habis, memberikan limpahan harta bagi yang mau memanfaatkan. tetapi hati-hati berada ditepinya, terpeleset bukan tertawa yang dihasilkan, namun tangis kesedihan.


Ada yang namanya Batu Alien, entah siapa yang menamakan .... sebab alien sendiri kan sesuatu yang asing, bahkan ada yang mengidentikan dengan sesuatu yang bukan berasal dari bumi kita ini. Kalau saya lihat batu ini ya sama dengan batu-batu yang lain cuma ukurannya besar.


Se-orang Pemandu Wisata dengan cermat menjelaskan bahwa Batu Alien ini mirip dengan kepala manusia, dijelaskan mana posisi mulut, hidung, mata dan telinganya ..... silahkan sidang Pembaca yang terhormat untuk berkunjung sendiri dan menilai apa yang dijelaskan oleh bapak Pemandu Wisata tadi.

Backpacker's Note:
Karena kendaraan off road yang membawa kita benar-benar tidak toleran, maka yang harus diperhatikan adalah kesehatan.....jangan sakit perut....jangan mudah mual.....bukan untuk orang yang anti angin.
Yang berikut .... jangan pakai celana ketat, susah lompat-lompat .... jangan pakai celana kendor ... bisa-bisa mlorot ..... hehehehe.... jangan sekali-kali pakai High hill atau semua sepatu dengan hak tinggi ....pakai sepatu olah raga dengan sol anti selip .... sandal jepit jelas not recomended.

Untuk lanjutan kisah ini, silahkan klik di sini.

Kamis, 08 Desember 2016

Dari Vientiane menuju Thailand



Saya sudah merasakan singgah di Northern Bus Terminal saat masuk Laos dari Boakeo. Singgah di Southern Bus Terminal saat masuk Laos dari arah Vietnam. Tentunya juga singgah di Central Bus Terminal atau Talat Sao Bus Terminal atau Moning Market Bus Terminal saat masuk Laos melalui Nong Khai Border. Di Vientiane, ibu kota Laos, salah memilih terminal bus berarti tidak akan menemukan bus yang kita kehendaki. Tujuan Viang Veng atau Louang Prabhang harus menunggu bus di Northen Bus Terminal, ingin pergi ke Vinh (Vietnam) atau Hanoi atau Pnomh Phen harus naik bus dari Southern Bus Terminal. Tujuan kota-kota di Thailand, harus nunggu bus di Central Bus Terminal. 
Susahnya, sampai dengan bulan Nopember 2016, ketiga terminal itu tidak dihubungkan dengan angkutan sejenis bus kota. Transportasi antar terminal bus di monopoli taxi dan kendaraan telanjang yang mereka namakan Tuk-tuk.

 Tuk-tuk kendaraan yang banyak digunakan untuk transportasi antar terminal bus.

Pengalaman saya saat turun dari bus di Southern Bus Terminal dan harus menuju kota Vientiane, saya naik Tuk-tuk bersama dengan penduduk lokal. Bersama saya naik juga beberapa traveller dari Australia. Dari sini saya bisa melihat betapa nakalnya sopir Tuk-tuk itu, Traveler Ausie itu masing-masing ditarik USD. 5,-. Saya diberi tanda oleh se-orang penduduk lokal dengan menunjukkan uang KIP 6000,- atau kurang dari USD. 1,-. Karena wajah saya tidak ada bedanya dengan penduduk lokal, dan tidak banyak omong (yang di-omongkan ya apa) maka saat saya sodorkan uang KIP 6000,- sang sopir Tuk-tuk menerima juga.
Berbeda saat saya turun dari bus di Northern Bus Terminal, untuk kekota saya ditawari Taxi  KIP 60.000,-, saya tolak dan saya naik Tuk-tuk bersama penduduk lokal. Belum-belum saya sudah di-acungi tiga jari .... maksudnya KIP 30.000,-. Sampai Talat Sao, penduduk lokal ditarik KIP 10.000,-, saya beri KIP 50.000,- ... lho lha kok cuma diberi uang kembali KIP 10.000,- .... weh ...saya tarik itu baju sopir sambil mengacungkan satu jari ... dan kenekatan saya membuahkan KIP 10.000,- lagi.

Talat Sao Mall, dibelakang ini terletak Central Bus Terminal Vientiane.

Atau Vientiane Capital Bus Station, dan inilah jadwal bus menuju Thailand:

 Tujuan Khon Kaen hanya ada dua pemberangkatan.

 Tujuan Udon Thani ada 8 pemberangkatan

 Tujuan Nong Khai ada 6 pemberangkatan.

Tujuan Bangkok, cuma satu pemberangkatan.

Disamping bus-bus internasional ini ada juga cara yang saya katakan agak susah, yaitu dari Talat Sao naik bus kota menuju Imigrasi Vientiane kemudian naik bus komuter antar imigrasi menyeberangi jembatan Mekong menuju Imigrasi Nong Khai. Sampai Imigrasi Nong Khai naik Tuk-tuk ke stasiun kereta api atau terminal bus. Dana yang dikeluarkan akan lebih banyak disamping boros waktu. Dari Imigrasi Nong Khai menuju ke stasiun kereta api sebenarnya cukup dekat, hanya sekitar 2 Km, sehingga tidak perlu naik Tuk-tuk cukup jalan kaki.

 Bus Vientiane ke Khon Kaen

 Bus Vientiane ke Udon Thani

 Imigrasi Vientiane

 Jembatan Persahabatan Mekong

Imigrasi Nong Khai Thailand. Ingat dipintu keluar arah Thailand tidak ada toilet.

Backpacker's Note:
Kalau terlambat naik bus Vientiane - Khon Kaen yang pagi, jangan patah semangat. Sebab untuk jadwal lanjutan masih harus nunggu sore hari. Untuk itu silahkan menggunakan bus Vientiane - Udon Thani yang satu hari sampai delapan kali pemberangkatan. Ingat setiap pemberangkatan cuma satu bus. Jangan menggunakan bus Vientiane dengan tujuan Nong Khai, kecuali ada urusan di kota Nong Khai.

Terminal Bus Nong Khai, didepan loket bus internasional Nong Khai - Vientiane.

Terminal Bus di Udon Thani, terminal bus yang cukup besar.

Dari Udon Thani bahkan ada bus dengan tujuan Kanchanaburi. Kanchanaburi adalah kota yang berdekatan dengan River Kwai dan Death Railway tujuan Birma yang dibangun Jepang.

Selanjutnya perjalanan menuju menuju Khon Kaen dapat dilanjutkan dengan mini bus atau mereka sebut dengan nama Van dengan lama perjalanan kira-kira 2 jam. Van berangkat dari terminal bus dengan selang waktu hanya 60 menit, jadi cukup banyak. Harga tiket THB. 100,-

Jadwal pemberangkatan Van Udon Thani - Khon Kaen, mulai jam 07.00 sampai 19.00

Dari Terminal Bus Khon Kaen sudah bebas ingin menuju kemana, kebanyakan tujuan utama adalah Bangkok dan Chiang Mai. Patut di-ingat di Khon Kaen ada 3 terminal bus, salah satunya adalah Airconditined Bus Terminal, yaitu terminal bus-bus mewah sekelas Bus Nakhonchai Air.

Bus jurusan Bangkok dari Khon Kaen, Nakhonchai Air.......bukan iklan lho....