Jumat, 19 Agustus 2016

Naik Bus dari Ha Noi ke Vientiane 3

Berjalan diantara dua bangunan imigrasi negara berlainan sudah beberapa kali saya lakukan. Tetapi berjalan didaerah tak bertuan antara Cau Treo (sisi Vietnam) dan Nam Phao (sisi Laos) sangat berbeda.

Ini adalah peta yang saya ambil untuk menunjukkan seberapa panjangnya daerah no man's land antara imigrasi Vietnam dan Laos.
Sementara bus yang saya tumpangi tadi lewat dalam keadaan kosong, para penumpangnya berjalan beriringan sambil berusaha mencari pijakkan yang tidak licin.
Beberapa puluh meter keluar dari imigrasi Cau Treo, tiba-tiba saya melihat rombongan besar berjalan berduyun-duyun dari arah Laos menuju Vietnam
Mungkin saja paspor-paspor setumpuk tadi adalah milik orang-orang ini, sehingga saat mereka sampai Cau Treo tidak perlu antri ..... wah kalau betul dugaan saya berarti bagus sekali service-nya.




Mungkin ini adalah pertengahan jalan antara Viatnam Border dengan Laos Border, ada sungai dalam yang memisahkan. Jembatannya diberi nama Nam Tuang, tulisannya sudah kusam dan saya lihat itu adalah huruf Lao, bukan huruf Vietnam.

Jauh diseberang tampak lebih dahulu didepan mata disela-sela kabut tebal adalah bendera Laos, kemudian bangunan yang bercat krem atau kuning arah coklat.

Kantor imigrasi Laos di Nam Phao, jauh lebih bagus dari pada bangunan imigrasi Vietnam yang tadi.
Beberapa saat yang lalu, warga negara Indonesia belum bebas visa untuk masuk Laos, masih perlu membayar Visa On Arrival. Akibatnya petugas imigrasinya masih ada yang bingung, dari loket VOA saya mendapat penjelasan kalau WNI langsung ke loket berikutnya. Saya langsung ambil Imigration Form, saya isi dan bersama paspor saya masukkan ke loket. Disini petugas beberapa kali meyakinkan dirinya kalau benar-benar WNI bebas visa, baik dari daftar tempel maupun dari buku tebalnya. Akhirnya paspor saya dilempar ke loket nomor tiga. Disini petugas menyodorkan kalkulatornya ....17.000 Lao KIP. Semprul...bayar stamp fee lagi ....karena tidak punya KIP saya bayar $ 3,- yang diberi uang kembali KIP 4000,-. Sementara itu tidak ada sama sekali pemeriksaan tas atau backpack dan saya juga tidak melihat adanya alat X-Ray Scanner seperti yang selalu saya lihat di Bea Cukai.
Keluar dari imigrasi, dipintu menuju halaman, paspor diperiksa lagi oleh petugas gendut dengan baju kedodoran .... paspor saya dibaca lagi .....tersenyum ....Indonesia ? .... Asean .... same-same.
Oooo ternyata kalimat same-same sampai di Laos juga.
Saya melihat ada warung kecil ditepi sungai, tapi sebelumnya saya ke kamar kecil dulu ....ya ampun.....seperti di Bungurasih.....kencing bayar KIP 2000,-

Pintu gerbang buka dan tutup saat ada kendaraan yang telah lolos pemeriksaan, setiap ada yang selesai pintu dorong dibuka, kendaraan lewat, pintu tutup lagi ....
Ada juga mobil mewah seperti ini meluncur ke arah Laos dari Vietnam.
Jam 09.02 pintu pagar dorong Imigrasi Nam Phao Laos dibuka oleh petugas, bus yang membawa saya ke Vientiane melintasi pemeriksaan imigrasi Laos didahului bus yang warnanya merah muda. Saya tidak tahu apakah barang bawaan penumpang yang ada didalam bus telah diperiksa. Jam 09.18 bus berangkat dengan berhenti beberapa kali untuk istirahat. Berbeda dengan kondisi jalan saat melintas di Vietnam yang becek, kondisi jalan disisi Laos lebih bersih namun berkelok-kelok turun tajam.




Ditengah perjalanan, bus warna merah muda yang tadi berangkat lebih dahulu, terlihat masuk kedalam jurang ditepi jalan. Penumpangnya duduk ditepi jalan, saya tidak tahu apakah ada korban meninggal karena posisi duduk saya tidak mungkin dengan mudah keluar bus. Mungkin karena sesama bus antar negara, sopir bus yang saya tumpangi berhenti dan beberapa awak bus berlarian menuju bus yang terguling itu. Saya hanya dapat melihat dari sela-sela kotoran yang menempel dari kaca disebelah tempat anak saya berbaring. Lama juga bus berhenti, sementara saya tidak melihat adanya ambulans atau mobil rescue didekat tempat kecelakaan. Hanya penduduk lokal yang banyak berkerumun disekeliling jurang. Saya berhasil mengambil gambar seadanya dari bus warna merah muda tersebut, terlihat kaca jendelanya yang pecah dan posisinya yang tidak lagi tegak. Kembali bus berjalan, kelihatannya sopir agak takut juga, jalan bus terkesan lebih berhati-hati.
Hati saya agak lega, saat jam menunjukkan 16.45 dipinggir jalan ada tulisan Vientiane 80 Km. Masih 80 Kilometer lagi, baru kota Vientiane. Akhirnya jam 18.10 bus yang saya tumpangi selamat masuk dan parkir di Terminal Bus Selatan ( South Bus Terminal ) kota Vientiane. Perjalanan darat selama 25 jam 10 menit membuat pantat saya hilang dan leher saya pegal, benar-benar sebuah perjalanan yang menantang. Jarak tempuh bus setelah masuk perbatasan Laos sampai Vientiane merupakan lebar dari Negara Laos yang membentang dari timur sampai barat, sebab 25 Km lagi kearah barat sudah sampai ke sungai Mekong yang membatasi Negara Laos dengan Negara Thailand.
Backpacker's Note : Kalau ada kesempatan harus ikut mencoba.
Saran saya, kalau hanya ingin naik bus Vietnam - Laos, jangan naik bus dari Ha Noi.
Ha Noi - Vinh naik kereta api
Vinh - Vientiane baru naik bus.

Naik Bus dari Ha Noi ke Vientiane 2

Bus yang saya tumpangi dalam perjalananya selalu berhenti dan kembali menaikkan penumpang, akhirnya setelah penuh dan mata saya sudah terbiasa dengan kegelapan. Ternyata bagian belakang bus dipenuhi dengan foreigner sedangkan bagian depan adalah penduduk lokal yang ramainya bukan main.

Mendekati atau hampir jam 10 malam mungkin, bus melambat dan berhenti disebuah rumah makan.
Penumpang disuruh turun dengan menggunakan bahasa lokal, pokoknya bagian depan beranjak turun ya saya ikut turun sekalian mau buang hajat. Dari sini saya akhirnya tahu bahwa ini bukan bus yang dikhususkan untuk foreigner, tetapi bus umum yang memang melayani trayek Vietnam - Laos.
 Yang dinamakan "kamar kecil" sama sekali tidak rekomended, berada disisi rumah makan dekat dengan tempat barang-barang yang mungkin tidak digunakan lagi. Sementara itu hujan yang tidak pernah berhenti membuat halaman rumah makan itu menjadi becek dan kotor.
Ada bangunan kotak-kotak seperti ini, dibagian dalam ada lubang tanpa ada persediaan air .....hehehehe.
Dari papan nama yang ada diatas rumah makan, saya baca bahwa posisi saat ini bus berada di kota Ninh Binh, sebuah kota kecil sejarak 100 Km arah selatan Ha Noi .... masih di Vietnam.
Dijalanan cukup banyak kendaraan komersial maupun bus yang lewat dengan kecepatan tinggi didepan rumah makan tempat saya berhenti.Tidak ada satupun kendaraan yang lewat itu bersih, semua berlapis lumpur tanah liat.

Kalau dilihat ini adalah peta dari sebagian perjalanan malam ini, dari Ha Noi, istirahat di Ninh Binh lewat kota Vinh akhirnya masuk perbatasan di Cau Treo. Perjalanan sejauh 400 Km, jadi dari saat istirahat ini saya masih harus menempuh perjalanan 300 Km lagi.
Kira-kira jam 22.30 bus berangkat lagi, perjalanan lanjutan, saya mencoba untuk tidur, meskipun goncangan bus sangat terasa keras dibagian belakang.
Hari masih gelap ketika bus melambat dan berhenti kemudian mematikan mesin .... awak bus berteriak ..... border .....border .....namun penumpang dibagian depan belum ada yang turun, ada yang masih mendengkur. Kondisi dalam bus yang penuh sesak tidak memungkinkan penumpang belakang keluar kalau penumpang depan belum bangun. Lorong bus dijadikan tempat tidur penumpang yang naik diluar terminal, ternyata waktu masih menunjukkan pukul 05.30 pagi hari.
(Belakangan saya akhirnya tahu kalau penumpang lokal belum turun karena Imigrasi baru buka jam 07.00).
Setelah diluar bus terang, seorang demi seorang penumpang depan mulai turun, di-ikuti deretan lain sehingga sayapun juga ikut turun.
Pertama turun saya melihat ada warung makan dan ada tulisan Indonesia, terharu juga perasaan ini. Ditengah antah berantah ternyata nama negara kita ditulis orang, meskipun saat itu orang Indonesia cuma saya dan anak saya.
Ternyata disamping bus yang saya tumpangi, diluar sudah banyak bus lain, truck besar-besar, mobil pribadi yang antri imigrasi. Sementara imigrasinya baru buka jam 07.00, saat ini palang pintunya masih belum dibuka.

Jam 07.00 palang pintu dibuka, berbondong-bondong orang yang tadi duduk-duduk jongkok berdiri dan berduyun masuk kedalam.
Karena takut membuat gambar, maka saya ambil gambar diatas dari Google, namun tidak mengurangi kejadian saat saya juga antri imigrasi untuk mendapatkan cap "Departure" di paspor saya. Berbeda dengan imigrasi yang pernah saya lewati, disini paspor ditumpuk kemudian diproses diloket pertama dan kita disuruh tunggu panggilan. Sementara itu para calo paspor membawa setumpuk paspor dan dimasukkan kedalam loket, ... lalu ada lagi .... brukkk....paspor setumpuk lagi......saya jadi heran orangnya itu mana?? kok hanya paspornya saja. Paspor dilempar ke loket nomor 2, pemilik dipanggil dan diharuskan bayar $ 1,-. Apa lagi ini, petugas bilang kalau saya harus bayar "Stamp Fee". Wee...lhhhhaaaa.....ini kan hari Sabtu, Sabtu dan Minggu dan hari libur anda harus bayar stamp fee. Selesai bayar tunggu di loket nomor tiga, saya lihat paspor discan dan di stempel departure diberi tanggal lalu di-oret2 ......Saat ada panggilan mulai timbul kekacauan, ternyata orang Vietnam sama dengan kita. Mereka juga tidak bisa membedakan ras, seperti kita kalau lihat orang Timur Tengah, semua disebut Arab. Semua orang Eropa, Amerika, Australia jadi Londo dan semua kulit hitam jadi Negro.......Ini juga saat Backpacker dari Australia yang se-bus dengan saya mulai dipanggil, petugasnya tidak percaya .... mungkin tampilan fotonya sama semua .... sama Londo-nya.....akhirnya si Londo mengeluarkan KTP masing-masing untuk membuktikan nama-nya ..... yo...salah sendiri wong paspor kok ditumpuk. Saat giliran saya dan anak saya, ya mudah .... mudah sekali mereka membedakan wajah saya dengan anak saya ..... hehehe.... Asean......... same-same...

Selesai proses imgrasi saya serombongan mau masuk lagi ke dalam bus .... tapi ditolak oleh mereka sambil mengacungkan tangannya dan berteriak ....Laos......Laos.....
Ternyata semua penumpang bus yang lain juga begitu, bus-nya kosong setelah melewati pemeriksaan, mereka bergerak menuju imigrasi Laos .....ini dia saya harus berjalan melewati daerah "no man's land" ......

Kamis, 18 Agustus 2016

Naik Bus dari Ha Noi ke Vientiane 1


Saya dan anak saya ingin menjalani sendiri bagaimana rasanya naik sleeper bus dari Ha Noi ke Vientiane, yang kata para Traveller disebut sebagai Jalur Neraka. Data yang saya kumpulkan dari internet tentang perjalanan menembus perbatasan Vietnam dengan Laos lewat jalan darat cukup menarik untuk dicoba. Bahkan ada laporan dari seorang Traveller wanita yang mengatakan tidak akan mengulangi lagi jalur tersebut. Sebuah pesan memberi informasi bahwa naik pesawat terbang merupakan solusi cerdas dalam menghemat waktu. Berbagai informasi tersebut membuat saya harus mencoba, sejauh mana benar dan salahnya informasi tersebut.

Saya bermalam di daerah Backpacker, Old Quarter, sebuah kawasan didekat danau Hoan Kiem yang hiruk-pikuk. 
 Lokasi yang hiruk-pikuk didaerah Backpacker Old Quarter didekat danau Hoan Kiem

Danau Hoan Kiem sendiri cukup tenang dengan cuaca yang selalu sejuk

Jangan kawatir untuk yang suka ke-"belakang". Ada Kamar Kecil Portable. Diseberang ada gedung tempat pementasan wayang air, pertunjukkan tradisional yang menjadi megah dan konsumsi turis.

Untuk melanjutkan perjalanan saya menuju Laos, saya memesan tiket bus disalah satu agen perjalanan yang sangat banyak tersebar di jalan-jalan Old Quarter.

Dikawasan ini cukup banyak Travel Biro yang menawarkan wisata ke berbagai tujuan di Ha Noi bahkan diluar kawasan Ha Noi.
 
Saya masuk kebeberapa tempat yang mengiklankan dirinya menjual tiket bus dari Ha Noi menuju ke Laos. Kelihatannya yang populer tujuan Laos adalah Vientiane sebagai Ibu Kota Laos dan berbatasan dengan Thailand serta Louang Prabhang. Louang Prabhang sendiri adalah sebuah kota yang dilindungi oleh Unesco dan merupakan Kota Budaya Warisan Dunia.
Dalam bahasa Vietnam jangan harap menemukan Vientiane dan Louang Prabhang seperti ejaan yang kita kenal. Di sini yang ada Vieng Chan untuk Vientiane dan Luong Pha Bang untuk Louang Prabhang. Awalnya saya ya ngah-ngoh .... kok tidak ada Vientiane pada listing tujuan mereka. 
Akhirnya nemu juga sebuah travel biro yang memberikan harga agak "reasonable", setelah tawar menawar saya menyetujui harga yang diminta USD 26,- per-orang sehingga untuk dua orang, saya dan anak, saya membayar USD 52,- dengan jaminan jam 17.00 akan dijemput didepan agen perjalanan tersebut.

Sebelum jam 17.00 saya sudah bersiap didepan agen yang bersangkutan, dan tepat jam 17.00 saya dijemput. Pikiran saya, saya ini dijemput bus atau apa gitu, lha kok ternyata yang menjemput seorang laki-laki naik sepeda motor sambil berteriak-teriak dengan bahasa planet. Mau tidak mau ya terpaksa saya mengikuti manusia ini sambil sedikit berlari. Bagaimana tidak lha sementara saya berjalan, dia naik sepeda motor, maka untuk tidak ketinggalan saya terpaksa agak berlari, kasihan anak saya yang baru sembuh dari patah kaki terpaksa ikut berlari. Ternyata bersamaan dengan saya sudah ada beberapa pemuda-pemudi Australia dan seorang Jerman yang juga berlari mengikuti orang tersebut. Kami dikumpulkan didepan apotik, toko jual obat sekitar 300 meter dari agen perjalanan saya. Didepan apotik tersebut ternyata juga sudah berkumpul beberapa traveller laki-laki perempuan, kemudian kami semua digiring kedepan hotel Elizabeth, disana telah siap mini bus. Walaaaahhhhh....ternyata travel biro yang menjual tiket bus itu tidak lebih dari kepanjangan tangan si-orang yang naik sepeda motor ini. Makanya kok saya hanya menerima tanda terima uang saja ,...... apa nama bus-nya ya tidak ada. Kami semua diminta masuk kedalam mini bus, ukuran mini bus tidak cukup untuk semua penumpang, terpakasa seorang pemuda Australia harus jongkok didekat saya. Pemuda ini dengan rombongannya senang sekali bergurau, jadi meskipun tersiksa dia terus tertawa. Meskipun kelihatan tidak masalah, namun ini merupakan service yang tidak bagus. Pemuda yang jongkok didepan saya tadi tiap kali akan berdiri, karena lelah, disuruh oleh sopir mini bus untuk kembali jongkok. Kelihatannya sang sopir takut dengan polisi Hanoi yang sore itu cukup ketat mengawasi jalan raya yang sangat amat padat. Setelah melewati perjalanan yang cukup panjang dan melelahkan, mini bus sampai disebuah terminal bus. Tetapi mini bus tidak masuk kedalam terminal, namun berhenti dibelakan terminal tersebut. Kembali kita semua diterlantarkan ditepi jalan yang mulai gelap. Kejadian ini menarik perhatian polisi, akhirnya sopir yang tadi takut polisi sekarang benar-benar berurusan dengan polisi. Posisi mini bus dipotret dan sang sopir dimarahi. Laaahhhh berangkat tidak ini ......
Agak lama kemudian pria yang tadi menjemput saya datang, sekarang kelompok kami dipisah menjadi dua. Ada kelompok dengan tujuan Luang Prabang dan kelompok dengan tujuan Vientiane. Setelah menunggu lama dan hari benar-benar gelap kelompok saya dengan tujuan Vientiane diajak masuk terminal yang ternyata terminal tersebut adalah Terminal Bus Nuoch Ngam, kali ini pria itu agak sopan, dia ikut berjalan sambil menuntun sepeda motornya.


Kami digiring dibawa ketempat penjualan tiket bus ..... paspor diminta dimasukkan ke loket .... yaaaaa..... mungkin saja tadi itu kita diterlantarkan diluar terminal karena si calo itu masih cari bus yang bisa di-negosiasi....celaka .... tapi kok ya orang banyak.
Akhirnya dapet ginian:
Tiket bus seharga VND 500.000,- atau $ 22,25.
Selanjutnya digiring masuk bus, sebelum naik kebelakang yang namanya sepatu atau sandal harus dilepas dan dimasukkan tas kresek.
Didalanm bus terjadi pertengkaran, ternyata kita tidak bisa pilih tempat. Si Calo tadi sudah hilang, kita semua sudah harus mau diatur oleh awak bus yang tidak bisa bahasa Inggris. Semua pendatang baru ini ditaruh dibelakang bus diatas mesin. Seorang Backpacker wanita sampai nangis minta tidak dicampur dengan yang laki-laki ..... akhirnya permintaannya diloloskan. Weh....apa-apaan ini .... belum berangkat sudah jadi neraka dulu. Akhirnya bus jadi penuh, belakang tempat saya ada 5 tempat tidur, didepan saya ada 3 deret tempat tidur dengan satu tingkat diatasnya. Jadi ada dua gang yang memisahkan deretan tempat tidur....lho...lha kok jendela sebelah saya buram sekali, sehingga tidak bisa melihat keluar.




Jam 19.04 bus mulai meninggalkan terminal Nuoch Ngam menuju perbatasan Vietnam dengan Laos. Beberapa kali bus berhenti untuk menaikkan penumpang diluar terminal, akhirnya bus dengan 40 penumpang menjadi bertambah banyak, karena lorong antar tempat tidur juga menjadi tempat tidur penumpang. Kondisi ini juga terjadi di tingkat kedua bus, sehingga bagian dalam bus sudah tidak layak sebagai sebuah sleeper bus. Sepanjang jalan hujan turun, meskipun tidak deras namun karena hujan yang berkepanjangan mengakibatkan jalanan menjadi becek oleh air yang bercampur lumpur.

Backpacker's Note:
Sebaiknya pergi ke Terminal Bus Nuoch Ngam dan membeli tiket bus disana. Saya yakin pasti banyak jenis pilihan bus yang dapat kita tumpangi menuju Laos.