Kamis, 25 Januari 2024

Travelling by Train 3

Traveller service that includes, as part of the package, travel by scheduled train service.

Surabaya Pasar Turi - Jakarta Pasar Senen - Tanah Abang - Rangkasbitung - Merak.

Episode : Rangkasbitung - Merak

Sudah lama tersimpan didalam pikiran saya untuk berkelana naik kereta api mengunjungi kota-kota yang berada di Pulau Jawa  Sebagian pelosok Asean sudah saya kunjungi, di-usia yang terus menapak naik ini, ganti sekarang untuk mengunjungi sebagian pelosok Pulau Jawa. Sebagai Backpackers berkunjung kesebuah tempat mempunyai arti dan makna yang besar.


Episode 1: https://ikutsangsurya.blogspot.com/2024/01/travelling-by-train.html

Episode 2: https://ikutsangsurya.blogspot.com/2024/01/travelling-by-train-2.html
 
Dari stasiun Tanah Abang saya naik KRL Commuter Line Rangkasbvitung 1678 yang berangkat jam 10.00. Sesuai jadwal yang tertera didalam aplikasi KAI Access, hampir setiap 20 menit sekali ada pemberangkatan KRL menuju Rangkasbitung. Masuk stasiun Rangkasbitung jam 11.50 setelah melewati 17 pemberhentian besar dan kecil.  Karena KRL yang datang dari Tanah Abang masuk peron 2, dan di peron 1 sudah siap KRL yang akan berangkat ke Tanah Abang. Semua penumpang yang turun harus melewati bagian dalam KRL ini. Sepintas saya lihat ada tiga peron distasiun ini serta ada empat jalur rel yang membentang didalam stasiun. Rel 1 dan rel 2 melihat bentuknya jelas merupakan rel jalur ganda yang menuju Jakarta. Foto diatas adalah pintu keluar untuk semua Commuter Line tetapi hanya pintu masuk untuk KRL jurusan Tanah Abang.

Sedangkan Commuter Line jurusan Merak masuknya lewat pintu ini. Pintu masuk utama dari stasiun Rangkasbitung.

Disebelah pintu masuk terdapat 3 loket untuk pembelian tiket go show jurusan Merak. Sedangkan untuk KRL yang menuju Tanah Abang dan seluruk relasinya harus menggunakan e-money atau membeli tiket lewat KAI Access atau Go Jek. Stasiun Rangkasbitung yang dibuka 1 Oktober 1899 bagi saya merupakan stasiun yang harus saya lihat, mengingat stasiun ini menyimpan banyak sejarah. Termasuk pembangunan rel saat penjajahan Jepang untuk mengangkut batu bara, meskipun rel yang dibangun tidak berawal dari Rangkasbitung. Stasiun ini juga memiliki Depo, dan saya lihat sedang ada pembangunan besar-besaran. Sangat disayangkan sebenarnya, relasi kereta api dari Bltar menuju Merak yang pernah berjalan lewat Rangkasbitung akhirnya dihentikan.

 Stasiun Rangkasbitung yang memiliki Kelas A ini berada dilingkungan pasar tradisional, sehingga keadaannya hampir mirip dengan stasiun Bogor bertahun yang lalu. Hanya sebagian kecil dari bagian depan stasiun yang dapat disterilkan oleh petugas dari ulah masyarakat pasar.

Bisa dibayangkan bagaimana kalau kondisi stasiun seperti dulu, bisa-bisa sebagian pasar itu pindah kedalam peron stasiun. Terbersit dalam pikiran saya, kira-kira lebih dulu mana antara stasiun ini dibangun dan berdirinya pasar itu.

Commuter Line Merak yang akan saya tumpangi masih akan berangkat nanti jam 13.50. Jadi masih banyak waktu bagi saya untuk sekedar masuk warung bakso yang ada didepan stasiun. Kalau bisa diatur baik-baik, sebenarnya antara stasiun dan pasar itu dapat terjadi simbiose mutualistis, saling menguntungkan. Bahkan mungkin bisa jadi daya tarik turis ... hehehehe. Ada sebuah pengalaman di Myanmar, dari stasiun Yangon ada commuter Yangon to Yangon. Seluruh halte tempat commuter itu berhenti semuanya pasar, kecuali stasiun Yangon sendiri. Yang naik kereta api persis seperti dulu, saat saya dari Sudimara ke Tanah Abang, didalam kereta saya bersebelahan dengan kambing, ayam dan sayuran. Sementara orang naik turun tidak lewat pintu tapi bisa juga lewat jendela dibelakang kepala saya. Yang penting bilang "permisi" dan kakipun lewat dekat telinga....hehehehe.


Disisi lain dari pasar masih dalam jangkauan stasiun mangkal angkutan kota. Dalam hati saya berpikir, inilah mode transportasi yang terintegrasi seperti di Jakarta.

Waktu sudah jam 12.00 lewat, saatnya kembali ke stasiun. Berjalan lewat orang yang berjualan tahu goreng.

Karena tidak tahu harganya, ternyata Rp. 5.000,- mendapat tahu goreng satu kantongan sedang, cukup banyak. Cuma bentuk tahu gorengnya tidak seperti di rumah saya di Surabaya.
QR Code tiket saya diproses manual, ternyata keinginan saya untuk mencoba face recognition diluar stasiun Pasar Turi belum tersampaikan.
 
 

Peron stasiun Rangkasbitung kelihatannya kurang panjang untuk pemberhentian KRL yang panjangnya 10 kereta itu.  Kalau kebetulan jalur 1 sedang kosong, maka penumpang yang turun dari jalur 2 dapat langsung menuju stasiun.

Commuter line Merak bukan KRL sebab tarikan jalur listrik masih dalam wacana untuk sampai Cilegon terus Merak. Harga tiket Commuter Line merak ini cukup Rp. 3.000,- saja.
Jam 13.50 kereta api commuter line Merak meninggalkan stasiun Rangkasbitung.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar