Rabu, 24 Januari 2024

Travelling by Train 2

Traveller service that includes, as part of the package, travel by scheduled train service.

Surabaya Pasar Turi - Jakarta Pasar Senen - Tanah Abang - Rangkasbitung - Merak.

Episode : Jakarta Pasar Senen - Rangkasbitung

Sudah lama tersimpan didalam pikiran saya untuk berkelana naik kereta api mengunjungi kota-kota yang berada di Pulau Jawa  Sebagian pelosok Asean sudah saya kunjungi, di-usia yang terus menapak naik ini, ganti sekarang untuk mengunjungi sebagian pelosok Pulau Jawa. Sebagai Backpackers berkunjung kesebuah tempat mempunyai arti dan makna yang besar.

 

Episode sebelumnya : https://ikutsangsurya.blogspot.com/2024/01/travelling-by-train.html 

Maksud hati, pagi-pagi akan menuju stasiun Pasar Senen, namun tidur terlambat semalam membuat bangun pagi menjadi bangun kesiangan.

Terbiasa dengan kebiasaan saat masih suka berkelana di luar negeri, maka saya selalu membatasi diri dengan bermalam di hotel kelas $ 10,- Hotel dengan fasilitas minimal, sehingga jangan harap ada teko pemanas ditambah dengan deretan kopi dan teh serta gula didalam sachet. Namun hotel yang bersih dengan mandi air panas cukuplah untuk saya. Lewat broker hotel yang sudah biasa saya gunakan, saya mendapatkan hotel yang hanya berjarak kurang dari 1 Km dari stasiun Pasar Senin, dengan tarip dibawah $ 20,- untuk dua orang. Akhirnya saya keluar dari hotel dan berjalan kaki mengulang jalan yang kemarin malam saya susri tetapi sekarang dipagi hari. Jalan yang kemarin sepi saat ini menjadi ramai, hiruk pikuknya kota metropolitan. Mobil pribadi, taxi, buskota sampai sepeda motor yang melakukan jalan menentang arus. Masalah sepeda motor yang menentang arus seperti ini sudah menjadi pemandangan umum bagi saya di jalanan kota Sidoarjo.

Pemandangan sepanjang trotoar yang mengelilingi halaman stasiun Pasar Senen cukup beraneka ragam. Dulu, bertahun yang lalu saat belum ada penataan, mereka-mereka ini berada tepat didepan stasiun. Saya masih ingat, untuk masuk stasiun harus jalan berliku disela-sela penjaja ini

Sebagian besar jualan yang dijajakan adalah makanan dan minuman yang ramah dikantong bagi sebagain besar penumpang kereta api yang turun di Pasar Senen. Mulai nasi campur, soto ayam demikian juga dengan minuman. Khusus minuman kalau saya lihat terjadi pergeseran menu. Bertahun lalu minuman yang dijual sudah disediakan di gelas yang ditata rapi dibagian depan kiosnya. Termasuk kalau mereka berjualan minuman bersoda dalam botol. Sekarang minuman yang dijual berupa sachet yang digantung, pembeli tinggal menunjuk yang diinginkan dan penjual akan memproses isi sachet menjadi minuman dingin atau panas.

Sisa-sisa kendaraan yang pernah berjaya di Ibu Kota masih ada di depan stasiun Pasar Senen. Tentu saja tidak ada argometer atau pesan online menggunakan aplikasi untuk mereka ini. Tujuan dan tarip bisa dilakukan secara off line berhadapan alias negosiasi.


Dari stasiun Pasar Senen untuk menuju stasiun Tanah Abang ada KRL dengan tujuan Kampung Bandan. Di Kampung Bandan turun ganti KRL yang menuju stasiun Tanah Abang. Pikiran saya, kalau saya naik KRL dari Pasar Senen maka saya tidak akan tahu bagian depan stasiun Tanah Abang. Oh, iya ... jangan lupa menyediakan kartu wallet atau e-money untuk naik KRL atau bus Transjakarta. Sebagai informasi, e-money cucu saya , Flash yang baru, belum suport untuk masuk ke-gate KRL. Atau membeli tiket lewat aplikasi Go-Jek atau KAI Access.
 
Akhirnya saya memilih jalan terus melewati koridor stasiun dan keluar menuju Terminal Bus yang berada tepat didepannya.


Bus Transjakarta yang melayani Stasiun Pasar Senen ke Stasiun Tanah Abang pergi pulang warnanya oranye. Di terminal parkir agak kedalam tertutup dengan bus yang berwarna biru muda. Bus ini hanya berputar dari Pasar Senen ke Pasar Senen, sehingga untuk mengetahui tujuan penumpang, kita harus melakukan taping e-money saat masuk dan saat keluar. Jadi tidak seperti Busway yang satu kartu bisa ditaping beberapa kali saat kita naik sesuai dengan jumlah orang yang ikut kita. Naik Transjakarta kita langsung turun tepat didepan stasiun, bus berputar saat masuk area Tanah Abang dan akan berhenti pada halte yang bertulisan Tanah Abang, jangan turun disini sebab menuju halaman stasiun masih agak jauh. Tetapi ini adalah check point Pasar Senen - Tanah Abang. Saat bus berputar menuju stasiun Tanah Abang kita sudah masuk pada trayek Tanah Abang - Pasar Senen.

Masuk stasiun Tanah Abang, harus sudah paham arah dan tujuan yang hendak ditempuh. Perhatikan benar petunjuk peron yang ada, sebab salah peron setelah berada dekat rel, kita harus kembali kedekat pintu masuk untuk mulai lagi berjalan kearah peron yang benar dan ini berputar jauh juga.

Sesaat saya terpana waktu masuk stasiun Tanah Abang, jumlah orang yang keluar dari stasiun seperti demonstran jalanan. Arus manusia yang sangat banyak, maklumlah saya berada pada jam sibuk orang bekerja. Namun arus manusia yang seperti itu di area stasiun belum pernah saya jumpai di Surabaya manapun, Wonokromo, Gubeng, Kota maupun Pasar Turi.

Saya menunggu KRL yang akan membawa saya ke Rangkasbitung, stasiun transit sebelum saya naik kereta yang menuju Merak. Saat KRL datang dari arah Rangkasbitung, kembali saya melihat arus orang yang turun dari 10 gerbong rangkaian KRL..

Hampir tidak ada yang berjalan santai, semua seperti berlari menuju kearah gerbang keluar. Saya jadi ingat saat turun bus di Imigrasi Singapore dengan tujuan Johor Bahru. Semua penumpang berlari menuju loket imigrasi sehingga sayapun juga ikut-ikut lari tanpa mengerti apa tujuan harus lari.

Ternyata untuk tujuan Rangkasbitung, penumpangnya tidak seperti Rangkasbitung ke Tanah Abang. Situasi gerbong KRL yang saya naiki sedikit lengang, bisa memilih tempat duduk yang bentuknya seperti sofa dengan warna yang enak dimata. Khusus untuk penumpang berkebutuhan khusus warna tempat duduknya merah menyala.



Hampir sampai tujuan mas petugas kebersihan mulai melakukan pekerjaannya. Gerbong disapu, dipel dan disemprot desinfektan. Saya yang pernah naik kereta api disini jamannya tragedi Bintaro, hanya manggut-manggut bangga dengan kemajuan PT KAI yang memanusiakan manusia sebagai penumpang kereta api. Saya pernah naik dari Sudimara sampai stasiun Tanah Abang bersebelahan dengan kambing dan ayam.....



Puas melihat pemandangan kota Jakarta dari sisi rel KRL, melihat bangunan-bangunan halte KRL yang sangat bagus bukan sekedar peneduh dari sengatan matahari seperti bertahun yang lalu. KRL yang saya tumpangi masuk stasiun akhir untuk KRL, Rangkasbitung.

Episode berikutnya: https://ikutsangsurya.blogspot.com/2024/01/travelling-by-train-3.html


Tidak ada komentar:

Posting Komentar