Rabu, 02 April 2014

Dari Sungai Kolok Thailand menuju Pasir Mas Malaysia-(Bagian 2)


Berita-berita tentang kota Sungai Kolok yang saya baca dan ingin saya ketahui menjadi sirna dari kemauan saya setelah kejadian tadi malam. Dari informasi yang saya dapat saat makan di warung, sebagian besar warga Sungai Kolok adalah etnis Melayu, sehingga tidak mengherankan kalau para wanita di sana memakai jilbab. Ikatan dengan tanah leluhur kelihatan masih erat, televisi warung tempat saya makan menangkap TV-1 dari Malaysia yang waktu itu menyiarkan masalah hilangnya pesawat MAS. Bahasa pergaulan yang digunakan bahasa Melayu tetapi dialeknya berbeda dengan yang digunakan di Kuala Lumpur. Huruf-huruf yang digunakan sebagai penanda tempat juga beragam, huruf Thai, Huruf Cina, huruf Arab dan huruf Latin. Tetapi beberapa penarik ojek yang saya temui tetap hanya bisa membaca huruf Thai dan tidak bisa membaca huruf Latin seperti mayoritas penduduk di kota-kota Thailand yang pernah saya singgahi.

Sambil berbenah saya melihat siaran TV-1 Malaysia, kelihatannya polemik masalah hilangnya pesawat MAS cukup menghebohkan dalam negeri Malaysia. Berbagai opini yang muncul oleh pemerintah diusahakan untuk diredam karena sudah menjurus kearah yang tidak rasional…..kelihatannya sama juga dengan di NKRI…..rasional susah…..irasional muncul…..
Jam 08.00 saya check out dari hotel dan berjalan kaki menuju perbatasan, suasana kota tetap ramai, pasar juga ramai, kelihatannya penduduk sudah terbiasa dengan kejadian-kejadian yang menimpa kotanya. Untuk teman-teman Backpacker, silahkan kembali ke stasiun kereta api kemudian menyusuri jalan besar menuju ke arah timur dengan melewati gerbang kota yang membentang diatas jalan. Disepanjang jalan terdapat pasar yang cukup ramai, bahan-bahan yang dijual tidak berbeda dengan yang ada di pasar Wonokromo atau pasar Pacuan Kuda atau pasar lainnya di Surabaya. Menurut GPS saya, jarak antara stasiun kereta api Sungai Kolok dengan Rantau Panjang Malaysia tidak lebih dari 2,5 Kilometer, sehingga tawaran penarik ojek untuk mengantar saya selalu saya tolak. Tidak berselang lama, kelihatan Imigrasi Thailand menutup jalan didepan saya.

 Imigrasi Sungai Kolok Thailand
 Melangkahkan kaki lewat jembatan diatas sungai kecil yang memisahkan dua negara, Bon Voyage

Proses imigrasi tidak terlalu lama, saya sudah mendapat stempel “Departure”. Yang menjadi perhatian saya adalah “kekebalan diplomatik “ yang dimiliki para penarik ojek. Mereka menurunkan penumpangnya di pintu kantor imigrasi, sementara penumpang mengurus dokumen, penarik ojek tersebut menunggu di pintu keluar imigrasi. Penumpang selesai mengurus dokumen, bonceng lagi sampai pintu masuk imigrasi Rantau Panjang dan si penarik ojek ada yang kembali ke Thailand ada juga yang menawarkan jasa bagi orang yang keluar dari imigrasi Rantau Panjang dan akan masuk ke Thailand. Saya tertawa sendiri saat mikir kalau paspor si penarik ojek itu selalu disetempel seperti paspor saya, maka dalam satu hari paspornya akan penuh….hehehehe…koplak…..

 dan......selamat datang di Malaysia, imigrasi Rantau Panjang, sudah lebih dekat dengan NKRI

Saat berada di imigrasi Rantau Panjang, proses saya agak lama setelah petugas disana melihat ada stempel negara Lao PDR di paspor saya. Beberapa klarifikasi dilakukan di komputernya, akhirnya saya diminta untuk scan sidik jari telunjuk, lama juga, baru saya dinyatakan clear…..lega juga. Keluar imigrasi saya bertanya pada petugas disana, bagaimana caranya kalau saya mau ke Pasir Mas. Sang petugas menunjuk ke deretan taxi yang cukup banyak dipintu keluar. Saya katakan, saya tidak punya banyak uang untuk naik taxi…..petugas melihat saya lama-lama….mungkin melihat tas saya yang mulai meninggalkan warna cerahnya karena tiga minggu tidak dicuci kemudian mengatakan kalau di depan imigrasi ini akan lewat bus yang menuju Kota Bahru lewat Pasir Mas.
“Terima kasih Pak Cik….” Saya kemudian menyusuri bangunan yang berwarna biru dan panjang sekali itu menuju pemberhentian bus.



 Didepan Imigrasi rantau Panjang ada bangunan seperti ini, diujung itu parkir bus ke Kota Bahru


Bus-nya seperti ini, tarip RM 3,30 untuk Rantau Panjang - Pasir Mas

Belum lama keluar dari Rantau Panjang, disebuah bangunan militer, bus menepi dan berhenti. Seorang tentara Diraja Malaysia melakukan operasi kartu identitas penumpang. Kata seorang penumpang, operasi teroris……walaaahhhh….menakutkan juga. 
Paspor saya dibolak-balik…..Indonesia ?.....ya…
Laki-laki dan perempuan yang membawa anak yang duduk disisi lain dari duduk saya, dimarahi lalu disuruh turun karena tidak dapat menunjukkan kartu identitas.
Keluar dari Rantau Panjang, kembali ada operasi oleh militer oleh tentara Diraja Malaysia

Keluarga ini tidak dapat menunjukkan identitas, akibatnya harus turun dari bus.

Saya turun di depan stasiun kereta api Pasir Mas

Dari pembicaraan dengan orang lokal, mereka mengatakan kalau beberapa tahun yang lalu ada kereta api yang masuk ke Rantau Panjang dari Bangkok. Kereta api itu membawa pedagang-pedagang yang membawa barang-barang dari Thailand yang harganya lebih murah. Tetapi sekarang sudah tidak ada, tinggal rel-nya sementara stasiun Rantau Panjang sudah menjadi Kantor Bea Cukai.
Tidak lam menunggu, bus yang memiliki trayek Rantau Panjang – Kota Bahru sudah datang.
Bus di Malaysia tidak memiliki kondektur atau kenek, semua dikerjakan pengemudi. Kita masuk dari pintu depan, membayar pada pengemudi RM 3,30 untuk ongkos ke Pasir Mas.

 Nama Stasiun ada didalam, diluar tidak ada namanya


Dari jalan raya stasiun tidak kelihatan karena tertutup bangunan pasar.

Di Pasir Mas bus lewat didepan stasiun kereta api, untuk diketahui teman-teman Backpacker, stasiun Pasir Mas tersembunyi diantara bangunan pasar.
Sebenarnya dari Pasir Mas saya ingin naik Jungle Train yang katanya kereta api yang berjalan pelan menyusuri hutan tropis antara Pasir Mas sampai stasiun Gemas. Namun untuk itu saya harus bermalam lagi, karena kereta api Jungle Train berangkat pagi-pagi sekali, dan pula dari informasi yang ada Jungle Train sudah tidak seperti dulu, karena hutan Tropis Malaysia sudah berubah menjadi hutan Sawit seperti hutan kita juga.


 Kalau kita punya slogan Semangat 45....di Pasir Mas ada bangunan yang bertulisan Semangat 46


 Kereta api Senandung Wau yang saya tumpangi dari Pasir Mas, masuk Stasiun KL Sentral


Akhirnya dengan membayar RM 42,- saya membeli tiket kereta api Senandung Wau menuju Kuala Lumpur…..yang kan saya sambung dengan penerbangan ke Bandung, NKRI tercinta

Tidak ada komentar:

Posting Komentar