Berita-berita tentang kota Sungai
Kolok yang saya baca dan ingin saya ketahui menjadi sirna dari kemauan saya
setelah kejadian tadi malam. Dari informasi yang saya dapat saat makan di
warung, sebagian besar warga Sungai Kolok adalah etnis Melayu, sehingga tidak
mengherankan kalau para wanita di sana memakai jilbab. Ikatan dengan tanah
leluhur kelihatan masih erat, televisi warung tempat saya makan menangkap TV-1
dari Malaysia yang waktu itu menyiarkan masalah hilangnya pesawat MAS. Bahasa
pergaulan yang digunakan bahasa Melayu tetapi dialeknya berbeda dengan yang
digunakan di Kuala Lumpur. Huruf-huruf yang digunakan sebagai penanda tempat
juga beragam, huruf Thai, Huruf Cina, huruf Arab dan huruf Latin. Tetapi
beberapa penarik ojek yang saya temui tetap hanya bisa membaca huruf Thai dan
tidak bisa membaca huruf Latin seperti mayoritas penduduk di kota-kota Thailand
yang pernah saya singgahi.
Sambil berbenah saya melihat siaran TV-1 Malaysia, kelihatannya polemik
masalah hilangnya pesawat MAS cukup menghebohkan dalam negeri Malaysia. Berbagai
opini yang muncul oleh pemerintah diusahakan untuk diredam karena sudah
menjurus kearah yang tidak rasional…..kelihatannya sama juga dengan di NKRI…..rasional
susah…..irasional muncul…..
Jam
08.00 saya check out dari hotel dan berjalan kaki menuju perbatasan, suasana
kota tetap ramai, pasar juga ramai, kelihatannya penduduk sudah terbiasa dengan
kejadian-kejadian yang menimpa kotanya. Untuk teman-teman Backpacker, silahkan
kembali ke stasiun kereta api kemudian menyusuri jalan besar menuju ke arah
timur dengan melewati gerbang kota yang membentang diatas jalan. Disepanjang
jalan terdapat pasar yang cukup ramai, bahan-bahan yang dijual tidak berbeda
dengan yang ada di pasar Wonokromo atau pasar Pacuan Kuda atau pasar lainnya di
Surabaya. Menurut GPS saya, jarak antara stasiun kereta api Sungai Kolok dengan
Rantau Panjang Malaysia tidak lebih dari 2,5 Kilometer, sehingga tawaran
penarik ojek untuk mengantar saya selalu saya tolak. Tidak berselang lama,
kelihatan Imigrasi Thailand menutup jalan didepan saya.
Imigrasi Sungai Kolok Thailand
Melangkahkan kaki lewat jembatan diatas sungai kecil yang memisahkan dua negara, Bon Voyage
dan......selamat datang di Malaysia, imigrasi Rantau Panjang, sudah lebih dekat dengan NKRI
Didepan Imigrasi rantau Panjang ada bangunan seperti ini, diujung itu parkir bus ke Kota Bahru
Bus-nya seperti ini, tarip RM 3,30 untuk Rantau Panjang - Pasir Mas
Keluar dari Rantau Panjang, kembali ada operasi oleh militer oleh tentara Diraja Malaysia
Keluarga ini tidak dapat menunjukkan identitas, akibatnya harus turun dari bus.
Saya turun di depan stasiun kereta api Pasir Mas
Nama Stasiun ada didalam, diluar tidak ada namanya
Dari jalan raya stasiun tidak kelihatan karena tertutup bangunan pasar.
Kalau kita punya slogan Semangat 45....di Pasir Mas ada bangunan yang bertulisan Semangat 46
Kereta api Senandung Wau yang saya tumpangi dari Pasir Mas, masuk Stasiun KL Sentral
Proses imigrasi tidak terlalu lama, saya sudah mendapat stempel
“Departure”. Yang menjadi perhatian saya adalah “kekebalan diplomatik “ yang
dimiliki para penarik ojek. Mereka menurunkan penumpangnya di pintu kantor
imigrasi, sementara penumpang mengurus dokumen, penarik ojek tersebut menunggu
di pintu keluar imigrasi. Penumpang selesai mengurus dokumen, bonceng lagi
sampai pintu masuk imigrasi Rantau Panjang dan si penarik ojek ada yang kembali
ke Thailand ada juga yang menawarkan jasa bagi orang yang keluar dari imigrasi
Rantau Panjang dan akan masuk ke Thailand. Saya tertawa sendiri saat mikir
kalau paspor si penarik ojek itu selalu disetempel seperti paspor saya, maka
dalam satu hari paspornya akan penuh….hehehehe…koplak…..
Saat berada di imigrasi Rantau Panjang, proses saya agak lama setelah
petugas disana melihat ada stempel negara Lao PDR di paspor saya. Beberapa
klarifikasi dilakukan di komputernya, akhirnya saya diminta untuk scan sidik
jari telunjuk, lama juga, baru saya dinyatakan clear…..lega juga. Keluar
imigrasi saya bertanya pada petugas disana, bagaimana caranya kalau saya mau ke
Pasir Mas. Sang petugas menunjuk ke deretan taxi yang cukup banyak dipintu
keluar. Saya katakan, saya tidak punya banyak uang untuk naik taxi…..petugas
melihat saya lama-lama….mungkin melihat tas saya yang mulai meninggalkan warna
cerahnya karena tiga minggu tidak dicuci kemudian mengatakan kalau di depan
imigrasi ini akan lewat bus yang menuju Kota Bahru lewat Pasir Mas.
“Terima
kasih Pak Cik….” Saya kemudian menyusuri bangunan yang berwarna biru dan
panjang sekali itu menuju pemberhentian bus.
Didepan Imigrasi rantau Panjang ada bangunan seperti ini, diujung itu parkir bus ke Kota Bahru
Bus-nya seperti ini, tarip RM 3,30 untuk Rantau Panjang - Pasir Mas
Belum lama keluar dari Rantau Panjang, disebuah bangunan militer, bus
menepi dan berhenti. Seorang tentara Diraja Malaysia melakukan operasi kartu
identitas penumpang. Kata seorang penumpang, operasi teroris……walaaahhhh….menakutkan
juga.
Paspor saya dibolak-balik…..Indonesia ?.....ya…
Laki-laki
dan perempuan yang membawa anak yang duduk disisi lain dari duduk saya,
dimarahi lalu disuruh turun karena tidak dapat menunjukkan kartu identitas.
Keluarga ini tidak dapat menunjukkan identitas, akibatnya harus turun dari bus.
Saya turun di depan stasiun kereta api Pasir Mas
Dari pembicaraan dengan orang lokal, mereka mengatakan kalau beberapa
tahun yang lalu ada kereta api yang masuk ke Rantau Panjang dari Bangkok.
Kereta api itu membawa pedagang-pedagang yang membawa barang-barang dari
Thailand yang harganya lebih murah. Tetapi sekarang sudah tidak ada, tinggal
rel-nya sementara stasiun Rantau Panjang sudah menjadi Kantor Bea Cukai.
Tidak lam menunggu, bus yang memiliki trayek Rantau Panjang – Kota
Bahru sudah datang.
Bus
di Malaysia tidak memiliki kondektur atau kenek, semua dikerjakan pengemudi.
Kita masuk dari pintu depan, membayar pada pengemudi RM 3,30 untuk ongkos ke
Pasir Mas.
Dari jalan raya stasiun tidak kelihatan karena tertutup bangunan pasar.
Di Pasir Mas bus lewat didepan stasiun kereta api, untuk diketahui
teman-teman Backpacker, stasiun Pasir Mas tersembunyi diantara bangunan pasar.
Sebenarnya dari Pasir Mas saya ingin naik Jungle Train yang katanya
kereta api yang berjalan pelan menyusuri hutan tropis antara Pasir Mas sampai
stasiun Gemas. Namun untuk itu saya harus bermalam lagi, karena kereta api
Jungle Train berangkat pagi-pagi sekali, dan pula dari informasi yang ada
Jungle Train sudah tidak seperti dulu, karena hutan Tropis Malaysia sudah
berubah menjadi hutan Sawit seperti hutan kita juga.
Kalau kita punya slogan Semangat 45....di Pasir Mas ada bangunan yang bertulisan Semangat 46
Kereta api Senandung Wau yang saya tumpangi dari Pasir Mas, masuk Stasiun KL Sentral
Akhirnya dengan membayar RM 42,- saya membeli tiket kereta api
Senandung Wau menuju Kuala Lumpur…..yang kan saya sambung dengan penerbangan ke Bandung, NKRI tercinta
Tidak ada komentar:
Posting Komentar