Selasa, 16 Agustus 2016

Berkeliling sebagian kota Ha Noi

Ada waktu se-siang setelah berjalan dari Ga Ha Noi sampai Old Quarter dan mendapat tempat untuk istirahat nanti malam, saya mulai explore sebagian kota Ha Noi. Tentu saja untuk Teman2 yang berada di Ha Noi dengan naik pesawat terbang atau bus saya tidak dapat memberikan gambaran. Namun kalau semua akhirnya menuju dan bermalam di Old Quarter, maka cerita perjalanan saya ini dapat digunakan sebagai acuan.

Berjalan dari Ga Ha Noi (Stasiun Kereta Api Ha Noi) menuju Old Quarter sudah memberikan gambaran kehidupan masyarakat Ha Noi, sehingga saya sekarang perlu melihat sedikit lebih dalam.
Mengitari jalan lebar khusus pejalan kaki disekeliling telaga yang ada tempat-tempat dengan hiasan bunga.
Termasuk juga mengamati keruwetan kabel listrik yang bercampur dengan kabel telepon membentang ditepi jalan. Belum lagi ber-meter2 kabel dan fiber optik digulung dan diletakkan dibawah tiang ditepi jalan persis seperti di tempat saya di Surabaya.
Saya memilih bus kota nomor 09 yang menurut informasi yang saya terima akan lewat didekat museum. Sangat murah, cuma VND 3000,- atau sekitar Rp. 1500,- untuk sebuah perjalanan yang panjang andaikata saya tidak turun ditengah-tengah trayek bus kota.
Untuk selanjutnya explore sekenanya sebagian apa yang ada di kota Ha Noi. Saya mencoba menggunakan peta seperti dibawah ini untuk acuan:

Start dari terminal bus yang ada di tepi danau ....

Saat melihat bangunan seperti ini dengan bendera merah diatasnya, saya menekan bel dan segera setelah bus berhenti saya turun dan berjalan kaki mendekati bangunan tersebut.

Vietnam Military History Museum, mendokumentasikan sejarah militer rakyat Vietnam yang terdiri dari enam periode.
Kunjungan saya ini saya ceritakan lebih lanjut dibagian (Vietnam Military History)

Tidak jauh dari museum ini dengan berjalan kaki akan dijumpai bangunan yang cukup megah di area yang sangat luas......
Ho Chi Minh Mausoleum, sebuah bangunan Memorial yang digunakan untuk mengenang pemimpin Rakyat Vietnam, Presiden Ho Chi Minh, Ketua Partai Komunis Vietnam sejak tahun 1951 sampai meninggalnya ditahun 1969.
Untuk masuk kedalam Mausoleum tidak dipungut bayaran apapun, namun ada syarat yang tidak bisa saya penuhi bersama anak saya. Sehingga saat ini saya tidak berhasil untuk masuk kedalamnya, melihat jasad Ho Chi Minh yang dibalsem dan disemayamkan didalam lemari kaca dengan cahaya yang temaram.

Backpacker's Note:
Kalau hendak masuk kedalam Mausoleum maka harus berpakain rapi, sopan dan memakai sepatu tertutup untuk laki-laki. Pokoknya kaki tidak boleh pakai yang namanya sandal atau sepatu sandal. Sebagai gambaran saya melihat serombongan touris yang menggunakan jas hitam berdasi dan yang perempuan muda memakai baju seperti pegawai bank dengan sepatu hak sedang, sedangkan perempuan yang tua menggunakan pakaian tertutup hitam menggunakan sepatu. Semua barang bawaan termasuk tas tangan sampai handphone dan benda yang dicurigai harus dititipkan.
Anak saya pakai celana pendek tidak - panjang ya tidak memakai alas kaki sepatu gunung, lha.....baru sampai pagar langsung dikeluarkan .... saya pakai kaos kuning yang sudah tiga hari belum dicuci dan pakai sepatu sandal ......
Akhirnya cukup melihat dari halaman luar, mengagumi arsitekturnya yang menurut ceritanya adalah : "
The structure is 21.6 meters (70.9 feet) high and 41.2 meters (135.2 feet) wide. Flanking the mausoleum are two platforms with seven steps for parade viewing. The plaza in front of the mausoleum is divided into 240 green squares separated by pathways. The gardens surrounding the mausoleum have nearly 250 different species of plants and flowers, all from different regions of Vietnam."
Saya jadi merenung saat melihat bangunan dan apa yang menjadi isinya, begitu besar rasa cinta Rakyat Vietnam kepada pemimpinnya, sehingga sampai meninggalpun tetap menjadi sebuah panutan.

Akhirnya dengan memendam kecewa saya menumpang kembali bus kota nomor 09 dan saya ikuti trayeknya sampai kembali ke awal semula ditepi danau.
Kemudian saya berjalan lagi, tidak jauh dari lingkungan danau, mengunjungi sebuah gereja dengan bangunan bergaya Neo-Gotik. Ada tulisan Regina - Pacis dibagian depannya, sayang keindahan bangunan sepertinya tidak dipelihara sebagaimana mestinya, .....saya jadi ingat kalau Vietnam pernah berselisih paham dengan Vatikan. Bagian luar gereja kelihatan seperti disaput dengan lapisan semen, namun kalau didekati seperti terbuat dari batu granite. Ada dua menara dikiri-kanannya setinggi 103 kaki (maaf saya tidak mengukur lho....jangan-jangan sekarang menjadi lebih pendek). Menurut literatur yang saya baca, Perancis yang membangun gereja ini membawa duplikat Notre Dame de Paris ke Vietnam


Dengan perasaan sedih melihat tempat ibadah yang kalau di Indonesia dirawat rapi dan ramai dikunjungi umat, saya melanjutkan perjalanan saya sampai ke jalan yang penuh kerumunan orang.

Akhirnya ketahuan kalau kerumunan orang ini berada disisi halaman sebuah kuil, tidak tanggung-tanggung, Perguruan Tinggi nasional pertama di Vietnam.
Saya bercerita tentang ini di ( Van Mieu Temple of Literature )

Dalam perjalanan explore kota Hanoi, saya menemukan bangunan seperti ini ditepi jalan.
Ternyata adalah fasilitas dari pemerintah untuk para Traveller seperti saya guna mengakses tempat-tempat yang disarankan untuk dikunjungi. Sebuah fasilitas yang cukup membantu, sayangnya monitor yang digunakan kurang cerah sementara akses datanya cukup cepat.
Jalan dan jalan .......
Sampai akhirnya berada didepan sebuah museum yang dinamakan Maison Centrale.
Maison Centrale adalah penjara Hoa Lo, penjara yang dibangun Perancis di Hanoi pada tahun 1886 untuk Tahanan Politik saat Vietnam masih menjadi jajahan Perancis. Kemudian digunakan untuk penjara pasukan Amerika yang tertangkap selama perang Vietnam berlangsung dan pihak Amerika memberi nama Hanoi Hilton. Saya belum menyempatkan masuk kedalam museum ini.
Berjalan terus tanpa terasa, karena banyak sekali sebenarnya obyek yang bisa dikunjungi. Obyek-obyek nyata yang diungkap dari kacamata Vietnam, bukan dari kacamatanya Rambo atau Chuck Noris. Paling tidak sebagai bangsa Asean memang harus bisa memahami apa sebenarnya yang terjadi di kawasan Indochina.
Makan siang menjelang sore, Pho atau Vu, mie putih kuah khas Vietnam yang menjadi makanan saya selama di Vietnam kembali mengisi perut saya.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar