Kamis, 03 Januari 2013

Siem Reap – Angkor Wat – Bagian 1


Bagian 1
Medio Nopember 2012 saya berjalan sendiri untuk memenuhi keinginan saya mengunjungi salah satu kemegahan masa lalu…….Angkor Wat di Siem Reap Kamboja.

Pesawat yang saya tumpangi sudah menjelang malam saat mendarat di Don Muang setelah 4 jam berada diudara, namun tepat waktu dan saat mendarat mungkin baru kali ini saya merasakan sebuah pendaratan yang sangat mulus. Antrian di imigrasi tidak terlampau panjang seperti kalau mendarat di Suvarnabhumi, di Don Muang ada loket khusus untuk pemegang paspor Asean.
Turun kelantai bawah menuju area kedatangan penumpang tidak terlampau mewah dan rumit, ada kesan cukup sederhana. Sangat banyak petunjuk dipasang dalam dua bahasa, Inggris dan Thai, untuk tempat pemesanan taxi, petunjuk menuju hotel berbintang yang berada didepan bandara dan petunjuk menuju setasiun kereta api Don Muang. Jalan menju hotel dan stasiun kereta api menjadi satu lorong jembatan peyeberangan yang melintas diatas jalan raya depan bandara. Untuk menuju jembatan penyeberangan ini disediakan sebuah lift yang akan mengantar penumpang ke lantai dua. Ujung jembatan ini akan berakhir  didepan hotel dan stasiun kereta api Don Muang. Yang jelas, lewat bandara Don Muang tidak akan tersesat diarena belantara bandara, tidak seperti saat pertama kali saya turun di bandara Suvarnabhumi.
Bagi Traveller yang ingin menggunakan jasa angkutan bus kota, keluar dari pintu bandara jalan kearah kanan sampai bertemu dengan jalan raya. Disebelah kiri jalan dapat dijumpai bangunan Bus Stop, tunggu saja bus kota dengan nomor yang sesuai dengan arah tujuan. Umpamanya untuk tujuan MBK Mall gunakan bus warna kuning dengan nomor 29, taripnya cukup murah, THB 20,-.
Bus nomor 29 ini lewat stasiun MRT Mochit dan terus menyusuri pemberhentian MRT sampai MBK Mall dan berakhir di stasiun kereta api Hua Lamphong Bangkok. Namun kalau hendak ke Hua Lamphong seperti saya kali ini, lebih murah dan lebih cepat menggunakan kereta api yang setiap saat lewat di stasiun Don Muang. Lewat jembatan penyeberangan turun mengikuti petunjuk arah Bangkok. Tidak perlu membeli tiket, karena Don Muang – Bangkok (Hua Lamphong) naik kereta api di gratiskan.
Setelah bermalam di Bangkok, saya menggunakan kereta api untuk perjalanan menuju Aranyaprathet. Bangkok – Aranyaprathet dilayani dua buah kereta api kelas 3 dengan tarip THB 48,-  untuk jarak tempuh 250 Kilometer. Kereta api pertama berangkat dari stasiun Hua Lamphong pukul 05.55 dan sampai di stasiun Aranyaprathet pukul 11.35. Kereta api kedua berangkat dari stasiun Hua Lamphong pukul 13.05  dan sampai di stasiun Aranyaprathet pukul 17.35.
Saya naik kereta api kedua  yang berangkat pukul 13.05, karena ingin tidur lelap sampai siang di Bangkok dan sorenya bermalam di Aranyaprathet sebelum esok pagi menuju perbatasan Kamboja.
Ordinary Train 279 trayek Bangkok – Aranyaprathet bukan kereta kelas mewah, namun kereta api kelas 3 dengan jendela besar yang terbuka lebar. Tarip THB 48,- sangat murah, dibanding dengan tarif bus yang berangkat dari Mochit atau Ekamai bisa 5 kali lipat. Pengamatan saya, hampir semua gerbong kereta memuat lebih banyak Traveller dari luar Thailand dibanding dengan penduduk lokal.
Kereta api ini sangat ramah tamah, jangankan stasiun besar, stasiun kecil yang hanya berupa bangunan kayu untuk sekedar bernaung dari terik matahari, kereta api ini dengan setia berhenti untuk menurunkan dan menaikkan penumpang.
Setelah berhenti dan berangkat berkali-kali, pukul 17.35 waktu setempat ( yang sama dengan WIB) masinis kereta api menekan rem kereta didepan stasiun Aranyaprathet. Sebuah perjalanan panjang dengan waktu berangkat tepat dan waktu kedatangan yang tepat juga. Tidak mengherankan kalau kereta api ini menjadi rujukkan bagi Traveller dan disarankan di situs-situs perjalanan.
Stasiun Aran sangat berbeda dengan stasiun Hua Lamphong yang besar, sebuah bangunan lama yang didominasi dengan bangunan kayu namun dirawat dengan baik.
Didepan stasiun berderet Tuk-tuk dan ojek sepeda motor yang menawarkan tujuan ke perbatasan Thai – Kamboja. Hampir semua Traveller menuju keperbatasan, saya memilih untuk menginap semalam di Aran, saya ingin menikmati pemandangan malam sebuah kota kecil yang jauh ditimur Bangkok.
Keluar stasiun kalau terus menuju pusat kota, kalau kekiri menuju perbatasan Thai - Kamboja, saya belok kanan menyusuri jalan lebar yang saat itu penerangan jalan sedang mati, sehingga jalan sangat gelap.
Sampai perempatan jalan, kalau terus akan masuk terminal bus Aranyaprathet, dikiri jalan terdapat toko Seven Eleven (seperti Alfa Mart atau Indomart) yang menjual berbagai makanan minuman dan saya berjalan belok kearah kanan. Kiri kanan jalan penuh dengan penjual makanan, bumbu khas makanan Thailand cukup menyengat masuk kedalam hidung saya. Diseberang jalan berdiri megah sebuah hotel besar, setelah menyeberangi rel kereta api yang tadi saya tumpangi situasi jalan menjadi berubah. Kiri kanan jalan berdiri toko-toko layaknya sebuah pusat pertokoan namun sudah tutup karena hari menjelang malam. Setelah melewati toko yang menjual ban traktor saya melihat ada bangunan hotel sederhana yang berada disebuah lembah kanan jalan.
Ternyata didalamnya ada beberapa hotel, saya memilih hotel yang memiliki halaman luas dengan bangunan kamar seperti sebuah motel. THB 300,- untuk sewa kamar semalam dengan fasilitas kipas angin dan siaran televisi multi chanel dari satelit. Seperti halnya dikota kecil lainnya di Thailand, maka bahasa tubuh lebih dominan dari pada menggunakan bahasa Inggris. Rata-rata pegawai hotel selalu berusaha ramah tetapi tidak mampu berbahasa Inggris dan hanya menguasai huruf Thai, apa lagi dengan wajah Asia saya, mereka selalu mengira saya adalah warga mereka. Orang Thailand hormat pada orang tua, maka saya tidak ingin lagi menyemir rambut saya menjadi hitam, saya selalu mendapat fasilitas saat berada dikendaraan umum. Lumayan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar