Bagian 1
Medio
Nopember 2012 saya berjalan sendiri untuk memenuhi keinginan saya mengunjungi
salah satu kemegahan masa lalu…….Angkor Wat di Siem Reap Kamboja.
Pesawat yang saya tumpangi sudah
menjelang malam saat mendarat di Don Muang setelah 4 jam berada diudara, namun
tepat waktu dan saat mendarat mungkin baru kali ini saya merasakan sebuah
pendaratan yang sangat mulus. Antrian di imigrasi tidak terlampau panjang
seperti kalau mendarat di Suvarnabhumi, di Don Muang ada loket khusus untuk
pemegang paspor Asean.
Turun kelantai bawah menuju area
kedatangan penumpang tidak terlampau mewah dan rumit, ada kesan cukup
sederhana. Sangat banyak petunjuk dipasang dalam dua bahasa, Inggris dan Thai, untuk
tempat pemesanan taxi, petunjuk menuju hotel berbintang yang berada didepan
bandara dan petunjuk menuju setasiun kereta api Don Muang. Jalan menju hotel
dan stasiun kereta api menjadi satu lorong jembatan peyeberangan yang melintas
diatas jalan raya depan bandara. Untuk menuju jembatan penyeberangan ini
disediakan sebuah lift yang akan mengantar penumpang ke lantai dua. Ujung
jembatan ini akan berakhir didepan hotel
dan stasiun kereta api Don Muang. Yang jelas, lewat bandara Don Muang tidak
akan tersesat diarena belantara bandara, tidak seperti saat pertama kali saya
turun di bandara Suvarnabhumi.
Bagi Traveller yang ingin menggunakan
jasa angkutan bus kota, keluar dari pintu bandara jalan kearah kanan sampai
bertemu dengan jalan raya. Disebelah kiri jalan dapat dijumpai bangunan Bus
Stop, tunggu saja bus kota dengan nomor yang sesuai dengan arah tujuan.
Umpamanya untuk tujuan MBK Mall gunakan bus warna kuning dengan nomor 29,
taripnya cukup murah, THB 20,-.
Bus nomor 29 ini lewat stasiun MRT
Mochit dan terus menyusuri pemberhentian MRT sampai MBK Mall dan berakhir di
stasiun kereta api Hua Lamphong Bangkok. Namun kalau hendak ke Hua Lamphong
seperti saya kali ini, lebih murah dan lebih cepat menggunakan kereta api yang
setiap saat lewat di stasiun Don Muang. Lewat jembatan penyeberangan turun
mengikuti petunjuk arah Bangkok. Tidak perlu membeli tiket, karena Don Muang –
Bangkok (Hua Lamphong) naik kereta api di gratiskan.
Setelah bermalam di Bangkok, saya
menggunakan kereta api untuk perjalanan menuju Aranyaprathet. Bangkok –
Aranyaprathet dilayani dua buah kereta api kelas 3 dengan tarip THB 48,- untuk jarak tempuh 250 Kilometer. Kereta api
pertama berangkat dari stasiun Hua Lamphong pukul 05.55 dan sampai di stasiun
Aranyaprathet pukul 11.35. Kereta api kedua berangkat dari stasiun Hua Lamphong
pukul 13.05 dan sampai di stasiun
Aranyaprathet pukul 17.35.
Saya naik kereta api kedua yang berangkat pukul 13.05, karena ingin
tidur lelap sampai siang di Bangkok dan sorenya bermalam di Aranyaprathet
sebelum esok pagi menuju perbatasan Kamboja.
Ordinary Train 279 trayek Bangkok –
Aranyaprathet bukan kereta kelas mewah, namun kereta api kelas 3 dengan jendela
besar yang terbuka lebar. Tarip THB 48,- sangat murah, dibanding dengan tarif
bus yang berangkat dari Mochit atau Ekamai bisa 5 kali lipat. Pengamatan saya, hampir
semua gerbong kereta memuat lebih banyak Traveller dari luar Thailand dibanding
dengan penduduk lokal.
Kereta api ini sangat ramah tamah,
jangankan stasiun besar, stasiun kecil yang hanya berupa bangunan kayu untuk
sekedar bernaung dari terik matahari, kereta api ini dengan setia berhenti
untuk menurunkan dan menaikkan penumpang.
Setelah berhenti dan berangkat
berkali-kali, pukul 17.35 waktu setempat ( yang sama dengan WIB) masinis kereta
api menekan rem kereta didepan stasiun Aranyaprathet. Sebuah perjalanan panjang
dengan waktu berangkat tepat dan waktu kedatangan yang tepat juga. Tidak
mengherankan kalau kereta api ini menjadi rujukkan bagi Traveller dan
disarankan di situs-situs perjalanan.
Stasiun Aran sangat berbeda dengan
stasiun Hua Lamphong yang besar, sebuah bangunan lama yang didominasi dengan
bangunan kayu namun dirawat dengan baik.
Didepan stasiun berderet Tuk-tuk dan
ojek sepeda motor yang menawarkan tujuan ke perbatasan Thai – Kamboja. Hampir
semua Traveller menuju keperbatasan, saya memilih untuk menginap semalam di
Aran, saya ingin menikmati pemandangan malam sebuah kota kecil yang jauh ditimur
Bangkok.
Keluar stasiun kalau terus menuju pusat
kota, kalau kekiri menuju perbatasan Thai - Kamboja, saya belok kanan menyusuri
jalan lebar yang saat itu penerangan jalan sedang mati, sehingga jalan sangat
gelap.
Sampai perempatan jalan, kalau terus
akan masuk terminal bus Aranyaprathet, dikiri jalan terdapat toko Seven Eleven
(seperti Alfa Mart atau Indomart) yang menjual berbagai makanan minuman dan
saya berjalan belok kearah kanan. Kiri kanan jalan penuh dengan penjual
makanan, bumbu khas makanan Thailand cukup menyengat masuk kedalam hidung saya.
Diseberang jalan berdiri megah sebuah hotel besar, setelah menyeberangi rel
kereta api yang tadi saya tumpangi situasi jalan menjadi berubah. Kiri kanan
jalan berdiri toko-toko layaknya sebuah pusat pertokoan namun sudah tutup
karena hari menjelang malam. Setelah melewati toko yang menjual ban traktor
saya melihat ada bangunan hotel sederhana yang berada disebuah lembah kanan
jalan.
Ternyata
didalamnya ada beberapa hotel, saya memilih hotel yang memiliki halaman luas
dengan bangunan kamar seperti sebuah motel. THB 300,- untuk sewa kamar semalam
dengan fasilitas kipas angin dan siaran televisi multi chanel dari satelit. Seperti
halnya dikota kecil lainnya di Thailand, maka bahasa tubuh lebih dominan dari
pada menggunakan bahasa Inggris. Rata-rata pegawai hotel selalu berusaha ramah
tetapi tidak mampu berbahasa Inggris dan hanya menguasai huruf Thai, apa lagi
dengan wajah Asia saya, mereka selalu mengira saya adalah warga mereka. Orang
Thailand hormat pada orang tua, maka saya tidak ingin lagi menyemir rambut saya
menjadi hitam, saya selalu mendapat fasilitas saat berada dikendaraan umum.
Lumayan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar